Monitorday.com – Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa negaranya siap mengadakan pembicaraan damai dengan Ukraina.
Namun, ia menolak berbicara langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang menurutnya sudah tidak sah lagi menjabat sebagai kepala negara.
Putin menegaskan bahwa jika perundingan melibatkan Zelensky, ia akan mengirim perwakilan untuk berbicara, bukan dirinya sendiri.
“Jika (Zelensky) ingin berpartisipasi dalam negosiasi, saya akan mengalokasikan orang untuk ambil bagian,” ujar Putin, Rabu (29/1), seraya menyebut bahwa masa jabatan Zelensky telah berakhir selama darurat militer di Ukraina.
Menanggapi pernyataan Putin, Zelensky menuding pemimpin Rusia itu takut bernegosiasi dan hanya ingin memperpanjang konflik yang telah berlangsung hampir tiga tahun.
“Hari ini, Putin sekali lagi menegaskan bahwa ia takut pada negosiasi, takut pada pemimpin yang kuat, dan melakukan segala yang mungkin untuk memperpanjang perang,” tulis Zelensky di platform X.
Kyiv juga memperingatkan agar Ukraina tidak dikecualikan dari perundingan damai antara Rusia dan Amerika Serikat (AS). Zelensky menuduh Putin mencoba “memanipulasi” Presiden AS Donald Trump dalam proses negosiasi.
Sejak menjabat sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025, Trump terus menekan kedua belah pihak agar segera mengakhiri perang. Ia bahkan mengancam akan memberlakukan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia jika konflik terus berlanjut.
Trump mengklaim bahwa Zelensky siap untuk mencapai kesepakatan damai, tetapi Putin justru menggagalkan upaya tersebut.
Di sisi lain, Putin mengklaim bahwa perang dapat berakhir dalam waktu dua bulan jika Barat menghentikan dukungan militernya untuk Ukraina.
“Mereka tidak akan bertahan selama sebulan jika uang dan, dalam arti luas, peluru habis. Semuanya akan berakhir dalam satu setengah atau dua bulan,” kata Putin kepada media pemerintah Rusia, seperti dilansir Times of Malta.
Meskipun Trump berjanji akan memberlakukan gencatan senjata dengan cepat, pertempuran di medan perang terus berlangsung.
Pada Selasa (28/1), militer Rusia mengumumkan keberhasilannya merebut sebuah desa besar di wilayah Kharkiv, Ukraina timur laut. Ini menjadi perolehan teritorial terbaru bagi Moskow yang terus melancarkan serangan.
Hingga saat ini, konflik Rusia-Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda mereda, sementara dunia menantikan langkah nyata dari berbagai pihak untuk menghentikan perang yang telah menewaskan ribuan orang dan mengganggu stabilitas global.