Monitorday.com – Presiden Rusia Vladimir Putin menilai kehadiran AS di negara timur tengah, terlebih menjadi pendukung berbagai kebiijakan Israel adalah masalah serius yang harus ditentang.
Bahkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengkritik Amerika Serikat dan menyebutnya tidak dapat dipercaya serta tidak dapat diandalkan.
Untuk itu, Putin menyerukan negosiasi antara pasukan Israel dan Palestina, serta berharap perang tidak meluas. Ribuan orang tewas dalam lima hari perang Israel-Hamas.
Hamas, pejuang Palestina diketahui melancarkan serangan yang belum pernah sebesar ini, lalu dibalas Israel dengan membombardir Gaza yang dikuasai Hamas. pada Rabu (11/10/2023)
Putin menegaskan keputusan Dewan Keamanan PBB tentang pembentukan negara Palestina merdeka yang harus dilaksanakan.
Pernyataan Putin muncul pada saat pertempuran antara pejuang perlawanan Palestina dan pasukan Israel di permukiman sekitar Gaza terus berlanjut.
Pasukan perlawanan Hamas menanggapi serangan tentara Israel terhadap warga sipil di Gaza dengan menembakkan roket ke Tel Aviv, Quds (Yerusalem), Ashkelon, Ashdod dan kota-kota lain di wilayah pendudukan.
Dalam operasi Badai Al-Aqsa yang dimulai pada hari Sabtu (07/10/2023) oleh batalion Ezzeddine Al-Qassam melawan pasukan Israel, lebih dari seribu orang Israel tewas dan lebih dari 2 ribu orang terluka.
Perdana Menteri Irak Mohammed al-Sudani meminta Rusia membantu menengahi konflik Israel-Palestina.
“Moskow dapat dan akan terus memainkan peran dalam negosiasi,” ungkap juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam wawancara.
Gelombang kekerasan terbaru dimulai pada Sabtu, ketika kelompok pejuang Palestina Hamas meluncurkan roket dan serangan ke Israel dari Gaza.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menanggapinya dengan membom Gaza dan memutus semua fasilitas umum, sementara pemerintah Israel membuat deklarasi perang resmi.
Hingga Rabu sore, Israel mencatat 1.200 orang tewas dan 2.900 orang terluka, sementara pihak berwenang Palestina di Gaza mencatat 1.055 orang tewas dan lebih dari 5.000 orang terluka.