Tekanan yang datang dari negara-negara Barat disebut tak mempan mempengaruhi hubungan diplomatik Indonesia dengan Rusia. Hal ini diungkapkan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva saat wawancara khusus dengan media pemerintah Rusia TASS, dan dirilis pada Sabtu (17/2).
“Tekanan kepada Indonesia, tentu, datang dari ‘mitra’ Barat. Ini terlihat jelas di masa kepemimpinan Indonesia di G20 dan ASEAN,” kata Vorobieva.
Rusia merupakan anggota G20. Saat Indonesia menjadi presidensi forum ini pada 2022, pemerintah memutuskan mengundang Vladimir Putin. Tak lama setelah berita itu muncul, sejumlah negara Barat mengancam akan memboikot forum tersebut.
Namun Indonesia tetap berhasil melaksanakan konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 di Bali. Di acara itu, hanya ada tiga kepala negara yang tak hadir yakni Presiden Vladimir Putin, Presiden Brasil, dan Presiden Meksiko. Delegasi Rusia saat itu dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.
Pada wawancara itu, Dubes Vorobieva lantas memuji Indonesia yang “tidak menyerah” pada tekanan Barat dan sukses menggelar forum internasional itu. Vorobieva kemudian berujar, “Kita harus memberikan penghargaan kepada sekutu kita, Indonesia, karena tak menyerah pada tekanan ini.
Rusia dan Indonesia, lanjut dia, menjalin komunikasi yang erat dan kerja sama mengalami kemajuan positif. Vorobieva juga mengungkapkan negara yang menjalin hubungan dengan Rusia mengalami tekanan tak cuma Indonesia. Namun dia tak memberikan rincian lebih lanjut.