Connect with us

Review

Sandyakalaning Populisme Politik

Ma'ruf Mutaqien

Published

on

SELAIN soal pohon beringin yang tetiba tumbang, cerita menarik lain dari arena politik adalah soal rekaman voice note Anies Baswedan yang kaget dengan tenggat waktu dari PKS buat mencari dukungan partai lain di Pilgub Jakarta 2024.

Rekaman suara Ketua DPW PKS Jakarta, Khoirudin yang merespons pernyataan Abah Anies itu juga tersebar luas. Sehingga jadilah ajang VN berbalas VN, macam pacaran tempo dulu lewat selembar kertas.

Tak cuma itu, serial cerita berbalas VN ini juga menggambarkan bahwa demokrasi lebih dari sekadar popularitas. Namun membutuhkan keseriusan dan letekunan mendapatkan tiket partai. Ya, inilah ‘sandyakalaning popularitas.’

Demokrasi setengah matang
Jika dihitung sejak tumbangnya orde baru, maka usia demokrasi kita memang belum sepenuhnya matang. Apalagi jika dibanding negara lain yang lebih dulu menerapkan demokrasi, seperti Negeri Mr. Trump, jelas masih jauh panggang dari api.

Di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi), kita memang sempat merasakan bagaimana popularitas menjadi semacam sonic bomm. Yang dengan cepat mampu meningkatkan keterpilihan. Namun, situasi Anies Baswedan menunjukkan bahwa popularitas saja tidak cukup tanpa dukungan politik yang kuat.

Anies Baswedan, seorang tokoh yang dikenal memiliki popularitas tinggi di kalangan masyarakat, kini menghadapi tantangan besar dalam mendapatkan dukungan partai politik untuk maju dalam pemilihan gubernur Jakarta tahun 2024. Ini adalah ironi dalam demokrasi kita, di mana popularitas menjadi tak sejalan dengan dukungan politik yang nyata.

Perjalanan panjang demokrasi mengajarkan kita tentang pentingnya kedewasaan dalam berpolitik. Kedewasaan ini tidak hanya berarti memahami dinamika politik, tetapi juga kemampuan untuk merangkul berbagai pihak dan membangun koalisi yang solid. Anies Baswedan, meskipun populer, menghadapi tantangan dalam mendapatkan tiket partai karena berbagai faktor, termasuk dinamika internal partai dan kepentingan politik yang beragam.

Kasus ini mengingatkan kita bahwa dalam demokrasi, proses politik adalah sesuatu yang kompleks dan membutuhkan lebih dari sekadar popularitas. Perlu adanya strategi, negosiasi, dan kemampuan untuk berkompromi dengan berbagai pihak. Hal ini adalah bagian dari kedewasaan politik yang harus dimiliki oleh setiap kandidat.

Sosiolog politik terkemuka, Larry Diamond pernah mengatakan, “Democracy is not just about the numbers or the popularity of a candidate; it is about building sustainable institutions, engaging in constructive dialogue, and ensuring fair representation of all voices in society.” Menurut dia, sangat penting membangun institusi yang kuat dan dialog konstruktif dalam proses demokrasi.

Pelajaran dari Masa Lalu
Melihat kembali ke masa lalu, kita bisa belajar dari bagaimana SBY dan Jokowi tidak hanya mengandalkan popularitas mereka, tetapi juga membangun aliansi politik yang kuat. SBY, dengan latar belakang militernya, mampu menarik dukungan dari berbagai partai besar, sementara Jokowi, dengan citranya yang dekat dengan rakyat, berhasil mendapatkan dukungan luas dari partai-partai yang memiliki basis massa yang kuat.

Namun, runtuhnya popularitas sebagai satu-satunya faktor penentu kesuksesan politik mengingatkan kita bahwa demokrasi adalah proses yang terus berkembang. Kita harus terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan dinamika politik yang ada.

Samuel P. Huntington, dalam bukunya “The Third Wave: Democratization in the Late Twentieth Century,” menyatakan, “A democratic system requires more than free and fair elections. It needs a set of institutions that uphold the rule of law, protect individual rights, and ensure that the government is accountable to the people.” Bahwa institusi yang kokoh penting untuk menjaga keberlangsungan demokrasi.

Kasus Anies Baswedan adalah refleksi dari perjalanan demokrasi kita yang masih harus terus belajar dan berkembang. Demokrasi yang dewasa tidak hanya mengandalkan popularitas, tetapi juga kemampuan untuk membangun koalisi yang kuat, bernegosiasi, dan berkompromi.

Kedepannya, kita berharap para pemimpin politik tidak hanya fokus pada popularitas, tetapi juga memperhatikan pentingnya kedewasaan politik dan kemampuan untuk merangkul berbagai pihak. Dengan demikian, demokrasi kita bisa semakin matang dan mampu menghadapi tantangan yang ada.

Demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang mengajarkan kita bahwa popularitas hanyalah satu bagian dari keseluruhan proses politik. Kemampuan untuk mendapatkan dukungan politik yang nyata, membangun aliansi, dan merangkul berbagai pihak adalah hal yang sama pentingnya. 

Meminjam ungkapannya Bung Fahri Hamzah, ke depan untuk mencalonkan seseorang kita harus mengedepankan proses kaderisasi bukan cuma popularitas. Semoga kasus ini menjadi pembelajaran bagi kita semua dalam membangun demokrasi yang lebih dewasa dan matang.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Monitor Saham BUMN



News7 mins ago

Murid Muslim Di Amerika Jadi Korban Islamophobia, Ini Sebabnya!

Sportechment33 mins ago

Jangan Biarkan CVT Motor Matic Anda Rusak! Ini 5 Kebiasaan yang Harus Dihindari

Talk38 mins ago

Political Fatigue dan Perkembangan Politik di Indonesia: Fenomena yang Meningkat di Era Demokrasi Digital

Sportechment49 mins ago

Erick Thohir Kecam Keras Terkait Aksi Pemukulan Wasit di PON

Sportechment1 hour ago

Moncer di 5 Liga Top Eropa, Lamine Yamal Tempel Erling Haaland

Ruang Sujud1 hour ago

Dianggap Berbahaya, Ulama India Ini Dihukum Penjara

News2 hours ago

Suvei Indikator Politik Indonesia: Popularitas Dedi Mulyadi Unggul Jauh di Pilkada Jabar

Logistik2 hours ago

Gandeng IMI, KAI Logistik Tebar Tarif Khusus Pengiriman Sepeda Motor

Sportechment14 hours ago

BoA Siap Guncang Jakarta, Berapa Harga Tiketnya?

News15 hours ago

Sukses Transformasi, PLN Jadi Benchmark Perusahaan Internasional

Sportechment15 hours ago

Timnas Indonesia Carter Pesawat Khusus ke China, Erick Thohir Ungkap Tujuannya

News1 day ago

2 BUMN Tembus TIME World’s Best Companies 2024, Erick Thohir: Prestasi Luar Biasa!

Logistik1 day ago

Kenalkan Digitalisasi Pelabuhan Melalui Pelindo Mengajar

Logistik1 day ago

Jelang Ajang MotoGP 2024, ASDP Siapkan hingga 24 Kapal

Logistik1 day ago

Pelindo Targetkan Pelabuhan Kawasan Industri Batang Beroperasi Awal 2025

Logistik1 day ago

BUMD Terima 20% Keuntungan Kerjasama dengan Pelindo

Logistik1 day ago

Peringati Hari Batik Nasional, PT KAI Daop 1 Jakarta Gelar Lomba Foto, Ini Syarat dan Ketentuannya

Migas1 day ago

Pertamina UMK Academy Raih Marketeers Editor’s Choice

News1 day ago

Dukung UMKM Go Global, PLN Beri Pelatihan Ekspor

Sportechment1 day ago

Erling Haaland Pecahkan Rekor, Manchester City Sikat Brentford