Review
Sang Guru Berkemajuan, Oase di Tengah Gurun Pendidikan
Published
1 month agoon
ABDUL MU’TI. Nama yang sudah tidak asing lagi di kalangan umat Islam Indonesia, terutama bagi mereka yang akrab dengan dunia pendidikan. Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini dikenal sebagai sosok intelektual, sederhana, dan bersahaja. Dan kini, ia diberi kesempatan untuk menempati salah satu pos menteri di kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.
Masuknya Abdul Mu’ti dalam susunan Kabinet Prabowo-Gibran, tentu akan menguatkan wacana yang selama ini dilontarkan pemenang Pilpres 2024 ini sebagai Zaken Kabinet. Abdul Mu’ti kita tahu merupakan Guru Besar bidang pendidikan di UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Ini seperti menemukan oase di tengah gurun pendidikan yang kering ide.
Selain itu, Abdul Mu’ti adalah sosok lengkap; pendidik, pemikir, akademisi, dan juga ulama yang moerat. Pria yang pernah belajar di School of Education, Flinders University of South Australia [Adelaide, 1997], dan Short Course Governance and Syariah the Universiity of Birmingham [Birmingham, UK, 2005] ini punya pandangan yang mendalam tentang sistem pendidikan yang inklusif dan berkemajuan. Sejak lama, ia dikenal vokal dalam memperjuangkan sistem pendidikan yang humanis, tidak hanya fokus pada kecerdasan intelektual, tapi juga pembentukan karakter dan kemampuan eksplor [sosialisasi].
“Islam itu harus menjadi rahmat bagi semua, termasuk dalam pendidikan,” begitu salah satu kutipan Mu’ti yang sering kali diingat oleh banyak orang.
Siapa Abdul Mu’ti?
Abdul Mu’ti lahir di Kudus, Jawa Tengah, pada tahun 1968. Latar belakang pendidikan agamanya sangat kuat, tapi itu tidak membuatnya terpaku pada pemikiran yang konservatif. Sebaliknya, dia dikenal dengan pandangannya yang progresif. Dalam banyak ceramah dan tulisan, Abdul Mu’ti kerap menekankan pentingnya pendidikan yang mampu menjawab tantangan zaman, namun tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.
Karier Mu’ti di Muhammadiyah membawanya pada posisi strategis sebagai Sekretaris Umum. Dalam organisasi sebesar Muhammadiyah, posisi ini sangat krusial, karena berkaitan langsung dengan pengambilan keputusan dan arah gerak organisasi. Namun, di balik jabatan itu, Mu’ti tetap sosok yang rendah hati. Tidak pernah terlihat terlalu ambisius, dan selalu menghindari sorotan media jika tidak diperlukan.
Sebagai akademisi, Abdul Mu’ti juga berkontribusi dalam dunia pendidikan. Dia pernah mengajar di beberapa universitas dan aktif terlibat dalam berbagai diskusi tentang pendidikan, pluralisme, dan dakwah Islam yang damai. Pendidikannya yang luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri, memberinya pandangan yang holistik tentang tantangan yang dihadapi Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan.
Tawaran Prabowo kepada Abdul Mu’ti tentu bukan tanpa alasan. Selain karena posisinya di Muhammadiyah yang berpengaruh, Mu’ti juga dikenal sebagai sosok yang punya pandangan progresif tentang pendidikan. Prabowo, yang dikenal dekat dengan kalangan nasionalis, mungkin merasa perlu menggandeng tokoh Islam yang moderat untuk memperkuat dukungannya dari kelompok umat Islam.
Di sisi lain, Mu’ti juga menawarkan sesuatu yang lebih dari sekadar popularitas. Pemikirannya tentang pendidikan yang menekankan pada integrasi antara ilmu pengetahuan dan moralitas mungkin menjadi salah satu daya tarik bagi Prabowo. Dengan menjadikan Mu’ti sebagai calon Menteri Pendidikan, Prabowo seolah ingin menunjukkan komitmennya untuk memajukan pendidikan Indonesia dengan pendekatan yang lebih humanis dan berkemajuan.
Pendidikan Berkemajuan
Sebagai seorang ulama dan akademisi, Abdul Mu’ti punya pandangan yang khas tentang pendidikan. Baginya, pendidikan bukan hanya soal mengajarkan ilmu pengetahuan, tapi juga membentuk manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia. Dalam banyak kesempatan, Mu’ti selalu menekankan pentingnya pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan keadilan sosial.
“Bukan hanya mencetak anak-anak yang pintar secara akademik, tapi juga anak-anak yang peduli pada lingkungannya, yang tahu bagaimana menghargai perbedaan, dan yang bisa hidup dengan penuh tanggung jawab,” ujar Mu’ti dalam sebuah seminar tentang pendidikan beberapa waktu lalu.
Jika ia menerima tawaran menjadi Menteri Pendidikan, ada beberapa hal yang mungkin akan ia dorong dalam kebijakannya. Salah satunya adalah pentingnya penguatan pendidikan karakter. Mu’ti sangat menyadari bahwa di tengah era digital seperti sekarang, anak-anak mudah sekali terpengaruh oleh berbagai informasi yang tidak semuanya positif. Karena itu, penting bagi sekolah-sekolah untuk tidak hanya fokus pada kurikulum akademik, tapi juga membangun fondasi karakter yang kuat.
Selain itu, Mu’ti juga dikenal sebagai pendukung kuat pendidikan inklusif. Ia sering kali berbicara tentang pentingnya membuka akses pendidikan bagi semua kalangan, termasuk mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu atau dari kelompok minoritas. Menurutnya, pendidikan harus menjadi alat untuk memutus rantai kemiskinan dan ketidaksetaraan sosial.
Salah satu tantangan besar yang kelak dihadapi Mu’ti adalah soal pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Dari tahun ke tahun skor PISA kita terus melorot. Sementara kualitas lulusan pendidikan kita dituntut terus meningkat, untuk menyesuikan dengan perubahan dan perkembangan teknologi yang kian cepat. Kita seperti berpacu dengan waktu.