Monitorday.com – Sontak, kabar pemecatan Shin Tae-yong (STY) dari kursi pelatih Timnas Indonesia menyentak jagat sepak bola Tanah Air. Keputusan PSSI ini bak petir di siang bolong, mengingat kontrak STY masih berlaku hingga 2027.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dalam konferensi persnya menjelaskan bahwa evaluasi kinerja menjadi alasan utama di balik pemecatan ini. Ia menyebut perlunya strategi yang lebih efektif dan komunikasi yang lebih baik dalam tim.
Erick menekankan bahwa STY telah diberitahu secara resmi tentang keputusan ini. Namun, pernyataan tersebut tak mampu meredam kehebohan yang terjadi. Publik masih bertanya-tanya mengenai alasan yang lebih spesifik di balik pemecatan tersebut.
Pasalnya, di bawah kepemimpinan STY, Timnas Indonesia mengalami peningkatan signifikan. Peringkat FIFA Indonesia melesat dari 173 ke 127 dalam kurun waktu empat tahun.
Prestasi gemilang lainnya juga diraih, seperti mengakhiri kutukan melawan Australia, meraih kemenangan perdana atas Korea Selatan di Piala Asia U-23, dan bahkan mengalahkan Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Timnas Indonesia juga sukses lolos ke Piala Asia 2027 dan mencapai babak semifinal Piala Asia U-23.
Kejutan-kejutan ini membawa Timnas Indonesia ke level yang lebih tinggi, berhadapan dengan lawan-lawan sekelas Korea Selatan, Australia, Jepang, dan Irak. Tak heran, banyak pengamat yang menilai keputusan PSSI ini terlalu prematur dan kontroversial.
Gita Suwondo, seorang pengamat sepak bola, bahkan menyebut keputusan ini sebagai sesuatu yang aneh. Ia mempertanyakan indikator apa yang digunakan PSSI untuk menilai kinerja STY, sementara progres yang ditunjukkan cukup positif. Pencapaian timnas di Piala Asia dan kualifikasi Piala Dunia dianggapnya sebagai bukti nyata dari perkembangan yang signifikan.
Kritikan soal gaya bermain bertahan dan pragmatis yang kerap ditujukan pada STY pun dinilai Gita sebagai hal yang tak cukup beralasan. Menurutnya, STY berhasil membawa Timnas Indonesia ke babak 16 besar Piala Asia dan semifinal Piala Asia U-23—capaian yang belum pernah diraih sebelumnya.
Prestasi di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia, di mana Timnas Indonesia menjadi yang terbaik di antara negara-negara ASEAN, juga diabaikan.
Pertanyaan besar pun muncul: apakah PSSI sudah mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan ini terhadap mental pemain dan perjalanan Timnas Indonesia menuju Piala Dunia?
Pemecatan STY di tengah tren positif Timnas Indonesia ini menimbulkan banyak spekulasi dan pertanyaan. Keputusan PSSI ini tak hanya mengejutkan, namun juga menimbulkan tanda tanya besar akan masa depan Timnas Indonesia.
Langkah selanjutnya PSSI dalam memilih pelatih baru dan strategi jangka panjangnya akan menjadi penentu nasib Tim Garuda di kancah sepak bola internasional.