Monitorday.com – Kabar mengejutkan datang dari partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dimana kader partai yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar atau Cak imin ini justru mayoritas memilih Prabowo Subianto-Erick Thohir.
Hal itu didapat dari hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Dalam survei yang digelar pada 5-8 September 2023, menunjukkan bahwa hanya sedikit suara PKB yang memilih Anies-Muhaimin, sebagai pasangan calon yang diusung.
“Sebanyak 38% suara PKB justru mendukung pasangan Prabowo-Erick, 30% suara PKB mengalir ke pasangan Ganjar-Ridwan Kamil. Lalu sisanya sebanyak 20% itulah suara yang diperoleh pasangan Anis Muhaimin,” kata Saiful Mujani, dalam rilis Survei, dikutip Jumat (15/9).
Saiful menyatakan bahwa setelah deklarasi Anies-Muhaimin tanggal 2 September 2023, pada tanggal 5 September SMRC melakukan survei telepon.
Saiful mengatakan bahwa pihaknya belum pernah membuat simulasi Anies berpasangan dengan Muhaimin. Karena itu tidak bisa dibandingkan apakah sentimen pemilih ketika survei dilakukan itu positif atau negatif pada deklarasi Anies-Muhaimin.
“Namun dalam survei individual di mana Anies berhadapan dengan Ganjar dan Prabowo, suara Anies sekitar 20an persen. Artinya, ketika Anies berpasangan dengan Muhaimin, data ini menunjukkan suara Anies belum mengalami kenaikan,” ungkapnya.
Saiful menyatakan bahwa selama ini Anies didukung oleh Nasdem, PKS, dan Demokrat yang jika dijumlahkan, suaranya kurang lebih sekitar 20an persen, sama dengan perolehan suara Anies dalam simulasi tiga nama.
“Karena itu, jika suara Anies-Muhaimin sekarang sekitar 16 persen, ini mungkin mencerminkan kekuatan dua partai, bisa PKB dengan Nasdem atau Nasdem dengan PKS. Angka dukungan sekitar 16 persen logis karena kemungkinan mencerminkan dua kekuatan politik,” tegasnya.
Jika hal tersebut terjadi, menurut Saiful, artinya Anies tidak atau kurang memiliki pemilih independen, karena pendukungnya hanya berasal dari partai-partai yang mengusungnya. Padahal partai-partai memberi dukungan karena berharap mendapatkan efek ekor jas dari Anies. Namun dilihat dari data sementara tersebut, Anies belum memberikan efek ekor jas karena suara pendukungnya masih merupakan suara partai.
“Kalau menurun, saya tidak bisa bilang begitu. Tapi setidak-tidaknya (data ini menunjukkan) tidak meningkat. Ini reaksi publik beberapa hari setelah deklarasi Anies-Muhaimin. Harapan bahwa suara pasangan ini akan meningkat paska deklarasi belum terjadi. Kalau kita berpikir positif, mungkin karena mesin politiknya belum panas dan pemilih butuh waktu untuk antri masuk ke kotak Anies-Muhaimin,” kata Saiful.