News
Soal Swasembada Pangan, Kampus Diminta Hasilkan Program Nyata Jangan Cuma MoU
Published
3 weeks agoon
Monitorday.com – Swasembada pangan merupakan tujuan strategis yang diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional. Dalam konteks ini, kampus sebagai institusi pendidikan tinggi memiliki peran penting dalam memberikan kontribusi nyata melalui penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi pertanian.
Namun, seringkali kerjasama antara kampus dan pihak-pihak terkait hanya berakhir pada penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tanpa adanya tindak lanjut yang konkret. Hal ini mengindikasikan perlunya evaluasi mendalam terhadap efektivitas kolaborasi tersebut.
Penting bagi kampus untuk tidak hanya mengandalkan MoU sebagai formalitas, tetapi juga untuk merancang program-program yang berorientasi pada hasil nyata. Dalam hal ini, kampus dapat mengembangkan riset yang fokus pada varietas tanaman unggul, teknik pertanian berkelanjutan, dan inovasi dalam sistem distribusi pangan.
Dengan demikian, hasil riset dapat langsung diaplikasikan di lapangan, memberikan manfaat bagi petani, dan pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian swasembada pangan.
Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) berkolaborasi untuk mencapai target swasembada pangan sesuai target Presiden Prabowo Subianto.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, kolaborasi ini merupakan tindak lanjut dari hasil pembekalan kabinet yang dilangsungkan di Magelang beberapa waktu yang lalu. Dimana dalam kolaborasi ini, katanya, juga telah menghasilkan Memorandum of Understanding (MoU) dengan lima perguruan tinggi.
“Hari ini lima perguruan tinggi kita kontrak benih unggul, bibit unggul dengan teman-teman dari perguruan tinggi, karena kita butuh inovasi baru,” kata Amran kepada wartawan di Auditorium Kementan, Selasa (29/10/2024).
Adapun lima perguruan tinggi tersebut di antaranya, Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin (Unhas), Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Syiah Kuala.
“Salah satu contoh ada benih dari IPB, benih padi IPB 3S itu produktivitasnya 13 ton, mungkin kalau di lapangan bisa 10 ton. Kemudian ada dari Unhas itu untuk jagung, benih jagung bisa produksi 10 ton,” ucapnya.
Amran menilai kolaborasi antara Kementan dan Kemendikti Saintek sangat penting untuk dilakukan, sebab pemerintah memerlukan teknologi baru dalam mendorong target swasembada pangan 4-5 tahun ke depan.
“Kita butuh teknologi baru dari kampus yang ada di seluruh Indonesia, jangan kita tergantung pada negara lain. Ini kolaborasi kita Insya Allah menghasilkan sesuatu di 2025 nanti,” tukas dia.
Sementara itu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro menyampaikan dukungannya atas kolaborasi yang sudah dilakukan. Hal ini dilakukan dalam upaya mendukung target swasembada pangan.
“Kami sampaikan kepada mereka semua (universitas) bahwa silahkan bantu pemerintah dalam swasembada pangan, dimana para peneliti yang ahli-ahli itu gunakanlah ilmu yang dikembangkan, inovasinya untuk kemajuan pertanian di Indonesia,” kata Satryo dalam kesempatan yang sama.
Dia mengatakan, Kemendikti Saintek akan memberikan keleluasaan kepada dosen dan mahasiswa untuk melakukan program-program yang mendukung swasembada pangan.
“Jadi berkarir, dosennya sebagai dosen dan bidang yang ditekuni adalah bidang pertanian. Juga mahasiswa didorong untuk ikut program petani milenial, mereka diberikan keleluasaan untuk memilih apa yang mau dikerjakan, mau di lapangan berapa lama, yang penting apa yang dikerjakan itu memenuhi untuk dia akhirnya lulus sebagai seorang sarjana pertanian,” pungkasnya.