Monitorday.com – Administrasi operasi militer Suriah mengumumkan Ahmad Al-Sharaa sebagai presiden transisi, sekaligus mencabut Konstitusi 2012 serta membubarkan parlemen, militer, dan lembaga keamanan rezim sebelumnya.
Pengumuman ini disampaikan pada Rabu (29/1) dalam sebuah acara di Istana Rakyat, Damaskus, menandai perubahan besar dalam tatanan politik Suriah.
Langkah ini diambil setelah rezim Partai Baath runtuh pada Desember lalu, menyusul penguasaan Damaskus oleh kelompok anti-rezim.
Menurut pernyataan resmi yang dikutip kantor berita SANA, seluruh faksi militer, badan politik, dan organisasi sipil revolusioner akan dibubarkan serta diintegrasikan ke dalam institusi negara.
Selain itu, Partai Baath yang telah berkuasa sejak 1963 dan Front Kemajuan Nasional dinyatakan dibubarkan, bersama dengan semua organisasi dan institusi yang berafiliasi. Pemerintah transisi juga melarang pembentukan kembali partai tersebut dalam bentuk apa pun.
Angkatan bersenjata rezim sebelumnya turut dibubarkan, dan militer baru akan dibangun berdasarkan prinsip-prinsip nasional.
Dengan pencabutan Konstitusi 2012, semua undang-undang darurat dinyatakan tidak berlaku. Presiden transisi Ahmad Al-Sharaa diberi kewenangan untuk membentuk dewan legislatif sementara guna mengawasi jalannya pemerintahan hingga konstitusi permanen disahkan.
Bashar Assad, yang telah memimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia setelah kelompok oposisi berhasil menguasai Damaskus pada 8 Desember.
Runtuhnya pemerintahan Assad menandai berakhirnya kekuasaan Partai Baath yang telah mendominasi politik Suriah selama lebih dari enam dekade.
Langkah-langkah yang diambil administrasi militer ini menjadi tonggak baru dalam perjalanan Suriah menuju tatanan politik yang lebih demokratis setelah bertahun-tahun dilanda konflik.