Ruang Sujud
Tak Perlu Galau Jika Putus Cinta
Published
1 year agoon
By
Robby KarmanHidup tanpa cinta adalah seperti sayur tanpa garam; begitulah yang sering diungkapkan oleh sebagian orang, terutama generasi muda yang tengah merasakan gejolak cinta. Saat ini, kita hidup dalam era di mana remaja SMP, SMA, bahkan SD, sudah tak segan lagi untuk menunjukkan kemesraan dengan pasangan mereka di depan umum. Bahkan, mereka merasa malu jika tidak memiliki pasangan lawan jenis, sehingga mereka bermesraan di depan orang lain seolah-olah mereka adalah suami dan istri yang sedang dilanda cinta. Namun, banyak dari mereka tampaknya tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan bisa dianggap sebagai perbuatan yang dilarang oleh agama, atau mungkin mereka sadar, tetapi pura-pura tidak mendengarkan.
Dalam Al-Quran, Allah SWT telah memberikan peringatan jelas tentang hal ini. Dalam Surat Al-Isra, ayat 32, Allah berfirman, “Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji, dan jalan yang buruk.” Pesan ini seharusnya menjadi pedoman bagi setiap muslim, terutama generasi muda, untuk menjauhi perbuatan yang dilarang oleh agama.
Namun, seringkali apa yang terjadi adalah mereka yang berpacaran dengan dalih cinta menghabiskan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, mempertahankan hubungan mereka, hanya untuk menyaksikan hubungan itu hancur akibat masalah-masalah sepele. Akibatnya adalah rasa sakit hati yang meninggalkan luka mendalam dan perasaan galau yang tak kunjung berhenti. Mereka mungkin merenung, “Mengapa ujian ini begitu berat?”
Analogi sederhana yang dapat digunakan adalah, kita tahu bahwa api panas dapat membakar, namun kita tetap memasukkan tangan kita ke dalam api hingga terbakar. Demikian pula, kita tahu bahwa pacaran adalah bentuk zina yang dilarang oleh Allah, tetapi kita tetap melakukannya, dan kemudian menyalahkan Allah ketika semuanya berakhir.
Orang-orang seperti ini seringkali kurang memiliki iman dan ketakwaan kepada Allah. Mereka melanggar larangan Allah dengan sengaja, dan ini sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Isra:32. Oleh karena itu, bagi mereka yang sadar akan kesalahan ini, ketika hubungan mereka berakhir, mereka seharusnya memahami bahwa ini adalah tanda kasih sayang Allah kepada mereka. Allah tidak ingin mereka terlalu dalam terjerumus dalam perbuatan dosa.
Jadi, bukannya merasa galau ketika mengalami putus cinta, mereka seharusnya melihat itu sebagai peringatan Allah bahwa Allah akan menggantikan mereka dengan yang lebih baik sebagai pasangan hidup. Seperti yang dinyatakan dalam Al-Quran dalam Surat An-Nur [24]:3, bahwa orang yang berzina hanya akan dinikahi oleh orang yang sejenis. Oleh karena itu, daripada mencari pasangan yang baik, seseorang sebaiknya fokus untuk menjadi pribadi yang baik di mata Allah. Allah akan menjodohkan mereka dengan yang lebih baik pada saat yang tepat.
Jika seseorang menangisi kepergian pasangan mereka dengan keyakinan bahwa pasangan tersebut adalah yang terbaik, maka mereka sebenarnya meragukan Allah. Mereka tidak percaya bahwa Allah akan memberikan pasangan yang lebih cocok untuk mereka. Ini adalah keraguan yang harus segera dihilangkan dengan bertaubat kepada Allah.
Sebaliknya, kita tidak boleh bersedih ketika mengalami putus cinta, karena itu adalah tanda bahwa orang yang pergi tidak pantas menjadi pasangan kita. Allah menjauhkan kita dari perbuatan yang dilarang dan mengarahkan kita menuju jalan yang lebih baik. Oleh karena itu, daripada terpuruk dalam kesedihan, kita seharusnya berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan percaya bahwa Allah akan memberikan yang lebih baik dan pantas untuk menjadi pendamping hidup kita.