Monitorday.com – Ribuan orang berbondong-bondong ke lokasi tempat pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah terbunuh dalam serangan udara Israel, setelah area itu dibuka untuk umum.
Kawah besar bekas serangan itu diterangi lampu merah dan dihiasi bendera Hizbullah dengan obor memancarkan cahaya ke langit malam.
Pria, wanita, dan anak-anak menangis saat melihat kawah itu, sementara massa meneriakkan “Siap melayani, Nasrallah” sebagai bentuk kesetiaan mereka.
Setelah serangan Israel, Hizbullah menutup kawasan Dahieh di Beirut yang menjadi lokasi kematian Nasrallah.
Gencatan senjata pada Rabu (27/11/2024) memungkinkan lokasi itu akhirnya dibuka untuk masyarakat umum dan jurnalis.
Serangan Israel dilaporkan menggunakan 80 bom penghancur bunker yang meratakan beberapa bangunan di Harek Hreik, pusat operasi Hizbullah di Beirut.
Sabtu malam (30/11/2024), masyarakat diizinkan masuk ke area tersebut untuk pertama kalinya dan menyaksikan langsung kehancuran di sana.
Banyak orang membawa lilin dan gambar Nasrallah sambil mendengarkan pidato-pidato lamanya melalui pengeras suara.
Seorang wanita bernama Narjis Khshaish mengaku sulit menerima kenyataan bahwa Nasrallah telah tiada selama dua setengah bulan terakhir.
Narjis juga mengatakan bahwa ia merasa mendapat berkah dengan mengunjungi tempat tersebut.
Moussa Dirani, seorang pria yang membawa anaknya ke lokasi itu, mengatakan kematian Nasrallah justru memberi semangat baru untuk melanjutkan perjuangan.
Bendera Hizbullah berkibar di lokasi tersebut sebagai simbol bahwa perjuangan mereka akan terus berlanjut.
Fida Nasreddine menegaskan bahwa dukungan kepada Hassan Nasrallah tidak akan pernah surut hingga akhir hayat mereka.
Nasrallah, yang wafat pada usia 64 tahun, telah memimpin Hizbullah selama lebih dari tiga dekade.
Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah berkembang menjadi salah satu milisi bersenjata paling kuat di Timur Tengah.
Kabarnya, persenjataan militer Hizbullah bahkan lebih maju dibandingkan angkatan bersenjata negara Lebanon.