Monitorday.com – Amerika Serikat memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat di Gaza.
Resolusi tersebut menuntut pembebasan semua sandera yang ditahan oleh kelompok perlawanan Palestina.
AS menjadi satu-satunya negara yang menolak resolusi ini, sementara 14 anggota lainnya mendukung.
Seorang pejabat AS sebelumnya menyatakan bahwa Washington akan memveto resolusi dalam bentuk aslinya.
Robert Wood dari AS mengatakan negaranya menolak gencatan senjata tanpa syarat karena tidak menjamin pembebasan sandera.
Resolusi kali ini diajukan oleh 10 anggota Dewan Keamanan yang terpilih, berbeda dari resolusi sebelumnya.
Sejak agresi Israel dimulai setahun lalu, lebih dari 43.900 warga Palestina tewas, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Beberapa perkiraan menyebutkan korban tewas sebenarnya lebih dari 100.000 orang Palestina.
AS di bawah pemerintahan Biden terus mendukung Israel secara diplomatik dan militer dalam konflik ini.
Hingga kini, perundingan gencatan senjata belum mencapai kesepakatan.
Qatar yang sebelumnya menjadi mediator utama mengancam menarik diri jika pihak-pihak terkait tidak berkomitmen penuh.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu beberapa kali menolak proposal gencatan senjata yang diterima Hamas.
Hamas menegaskan gencatan senjata harus diikuti dengan penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Hamas menolak proposal terbaru terkait pembebasan sandera karena tidak menjamin penarikan pasukan Israel.
Amerika Serikat tetap memberikan perlindungan diplomatik kepada Israel dalam forum internasional.
Konflik Gaza telah memicu krisis kemanusiaan yang meluas dengan jumlah korban terus meningkat.
Proposal gencatan senjata seringkali gagal karena ketidaksepakatan tentang syarat utama.
Israel menolak gencatan senjata meski lembaga keamanannya memberikan saran sebaliknya.
Hamas menilai penarikan pasukan Israel sebagai syarat mutlak untuk gencatan senjata yang adil.
Kebuntuan diplomatik membuat prospek perdamaian di Gaza tetap suram.