News
Tertawa, Cak Imin Nilai Mulut Yaqut seperti Buzzer
Published
1 year agoon
By
N Diana SariMONITORDAY.COM – Bacawapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) sekaligus Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menilai pernyataan Menag Yaqut Cholil Qoumas seperti seorang buzzer alias pendengung di media sosial.
Hal itu dia ucapkan untuk merespons pernyataan Yaqut yang mengimbau agar tak memilih pemimpin yang pandai bicara, bermulut manis dan berwajah tampan di Pilpres 2024.
“Itu omongan buzzer ha ha ha,” kata Cak Imin disertai gelak tawa di Jakarta Pusat, Minggu (1/10).
Senada Cak Imin, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid turut mengungkapkan pendapatnya soal Yaqut yang dia anggap seperti buzzer, bahkan provokator.
“Buang-buang statement menurut saya, buang-buang omongan yang enggak perlu. Ini kan omongan pinggir jalan, omongan buzzer, omongan provokator yang seperti itu,” ujar Jazilul.
Ia meminta Yaqut yang merupakan menteri agama berhati-hati dalam membuat pernyataan. Menurutnya, Yaqut yang juga kader PKB itu harus menjaga suasana harmonis.
“Dia digaji pajak negara untuk membuat suasana harmoni, bukan untuk mengeluarkan statement-statement yang enggak perlu,” ucapnya.
Jazilul lantas menyayangkan pernyataan Yaqut yang seharusnya bertanggung jawab atas kerukunan umat beragama. Ia menilai pernyataan Yaqut mengarah pada politik pecah belah.
Sebelumnya, diberitakan detikcom, Yaqut mengajak peserta doa bersama Wahana Nagara Rahaja di Hotel Alila, Solo, Jumat (29/9) tak memilih pemimpin yang pandai berbicara dan bermulut manis.
“Track record-nya bagus syukur, mukanya ganteng syukur, bicaranya manis, itu dipilih. Kalau enggak ya jangan, jangan pertaruhkan negeri ini kepada orang yang tidak memiliki perhatian kepada kita semua, cek track record-nya,” kata Yaqut.
Pria yang juga dikenal sebagai Ketua Umum GP Ansor–organisasi kepemudaan sayap PBNU–itu turut mengingatkan agar tak memilih pemimpin yang menggunakan agama demi kepentingan politik. Meski ia meyakini politik tak akan terlepas dari agama.
Dia juga mengungkit Pilgub DKI Jakarta 2017, Pemilu 2014 dan 2019 yang ia anggap menggunakan agama sebagai alat politik. Menurutnya, kejadian itu merupakan sejarah yang tidak baik.
“Kita punya sejarah tidak baik beberapa waktu yang lalu ketika pemilihan Gubernur DKI Jakarta kemudian dua Pilpres terakhir, agama masih terlihat digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan kekuasaan,” ujar adik dari Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf itu.
PKB pun lantas menyiapkan langkah pendisiplinan bagi Yaqut buntut pernyataannya tersebut.
Jazilul lantas menyayangkan pernyataan Yaqut yang seharusnya bertanggung jawab atas kerukunan umat beragama. Ia menilai pernyataan Yaqut mengarah pada politik pecah belah.
Sebelumnya, diberitakan detikcom, Yaqut mengajak peserta doa bersama Wahana Nagara Rahaja di Hotel Alila, Solo, Jumat (29/9) tak memilih pemimpin yang pandai berbicara dan bermulut manis.
“Track record-nya bagus syukur, mukanya ganteng syukur, bicaranya manis, itu dipilih. Kalau enggak ya jangan, jangan pertaruhkan negeri ini kepada orang yang tidak memiliki perhatian kepada kita semua, cek track record-nya,” kata Yaqut.
Pria yang juga dikenal sebagai Ketua Umum GP Ansor–organisasi kepemudaan sayap PBNU–itu turut mengingatkan agar tak memilih pemimpin yang menggunakan agama demi kepentingan politik. Meski ia meyakini politik tak akan terlepas dari agama.
Dia juga mengungkit Pilgub DKI Jakarta 2017, Pemilu 2014 dan 2019 yang ia anggap menggunakan agama sebagai alat politik. Menurutnya, kejadian itu merupakan sejarah yang tidak baik.
“Kita punya sejarah tidak baik beberapa waktu yang lalu ketika pemilihan Gubernur DKI Jakarta kemudian dua Pilpres terakhir, agama masih terlihat digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan kekuasaan,” ujar adik dari Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf itu.
PKB pun lantas menyiapkan langkah pendisiplinan bagi Yaqut buntut pernyataannya tersebut.
“Kalau sebagai kader PKB, kami tentu sudah menyiapkan langkah-langkah pendisplinan,” kata Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid kepada wartawan, Minggu (1/10).
Sebelum menjabat Menag, Yaqut sendiri merupakan Wakil Ketua Komisi II DPR dari Fraksi PKB. Usai dilantik menjadi Menag, posisi itu digantikan oleh Luqman Hakim. Jazilul menegaskan cepat atau lambat pendisiplinan terhadap Yaqut itu akan dilakukan.
Sementara tu, Wakil Sekretaris Jenderal GP Ansor Wibowo Prasetyo membela Yaqut dan meyakini pernyataan tersebut merupakan pendidikan politik untuk masyarakat.
“Pernyataan Menteri Agama itu normatif, memberikan pendidikan politik kepada warga negara agar memilih calon pemimpin tidak dari penampilan saja tapi juga dari track record-nya, dari jejak rekamnya,” kata Wibowo, Minggu (1/10).
“Track record capres dan cawapres sangat penting, terutama rekam jejak dalam penggunaan agama sebagai alat politik. Sebagai Menteri Agama, Gus Men tentu harus menyampaikan hal ini ke publik sebagai pendidikan politik,” imbuhnya.