Monitorday.com – Semangat membara mulai terasa di tubuh Indonesian Traditional Karate Federation (INATKF). Menyambut Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII yang akan digelar pada 5-11 Juli 2025 mendatang, organisasi ini bergerak cepat, tak hanya sekadar menjadi peserta, tetapi juga sebagai representasi budaya, sportivitas, dan prestasi.
Ketua Umum INATKF, Dr. Muhammad Muchlas Rowi, menunjukkan komitmennya dengan menugaskan Urip Indrajaya, SIP dan Yudi Indraputra, ST untuk menghadiri Rapat Koordinasi Nasional FORNAS yang akan berlangsung pada Minggu, 13 April 2025, di Hotel Sunwood Arianz, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Penunjukan ini bukan sembarang formalitas. Ini adalah langkah awal strategis untuk memastikan bahwa setiap detail partisipasi INATKF dalam ajang nasional ini berjalan optimal dan terarah.
“FORNAS adalah panggung penting bagi penggiat olahraga rekreasi, dan INATKF harus hadir sebagai kekuatan yang diperhitungkan,” ujar Dr. Muchlas penuh keyakinan.
Dengan rencana lebih dari 15.000 peserta yang akan meramaikan FORNAS VIII, peluang untuk unjuk eksistensi dan prestasi semakin terbuka lebar.
FORNAS bukan sekadar festival. Ia telah menjelma menjadi titik temu antar komunitas olahraga rekreasi dari seluruh penjuru negeri. Dalam semangat kebersamaan, kreativitas, dan kearifan lokal, ajang ini menjadi wahana vital untuk memperkuat jaringan dan eksistensi organisasi, termasuk bagi INATKF yang selama ini konsisten mengembangkan olahraga karate tradisional Indonesia sebagai warisan budaya yang hidup.
Urgensi keikutsertaan INATKF di FORNAS tak bisa dipandang sebelah mata. Di sinilah para atlet tradisional memiliki ruang legal dan sah untuk tampil, berkompetisi, dan dikenal luas oleh masyarakat. Bagi banyak atlet INATKF, FORNAS bukan hanya tentang medali—ini tentang mengibarkan panji identitas, menunjukkan bahwa karate tradisional memiliki tempat terhormat di pentas nasional. Inilah panggung yang menyatukan semangat rekreasi dan pengabdian terhadap seni bela diri yang sarat nilai budaya.
Sekretaris Jenderal INATKF, Bactiar Effendy, juga tak tinggal diam. Ia secara aktif mendorong seluruh pengurus daerah untuk mempersiapkan diri dan mengirimkan delegasi terbaiknya.
“Kami ingin melihat keterlibatan penuh dari semua wilayah.” ungkapnya.
Energi ini terus mengalir dari pusat hingga ke daerah. Di berbagai kota, persiapan mulai digiatkan. Latihan ditingkatkan, seleksi atlet digelar, dan semangat berpartisipasi semakin menguat. INATKF tampak ingin memastikan bahwa keikutsertaan mereka bukan hanya sebagai penggembira, melainkan sebagai kontingen solid yang siap mengharumkan nama organisasi.
Lebih dari itu, partisipasi di FORNAS juga menjadi media strategis untuk mendorong regenerasi atlet. Anak-anak muda bisa belajar langsung dari para seniornya, menyaksikan semangat bertanding yang dibalut etika dan nilai-nilai luhur karate tradisional.
Momentum ini adalah kesempatan emas untuk memperkenalkan dan menanamkan filosofi karate kepada generasi baru dalam atmosfer yang menyenangkan, non-kompetitif, namun tetap kompeten.
INATKF, dengan segala dinamikanya, kini melangkah pasti menuju FORNAS VIII. Tak hanya membawa gerakan tubuh, tetapi juga semangat, nilai, dan harapan besar.
Jika semua elemen bekerja serempak, maka bukan tak mungkin FORNAS menjadi batu loncatan penting menuju pencapaian nasional dan internasional. Satu hal yang pasti: INATKF datang bukan sekadar hadir, tapi untuk bersinar.