Monitorday.com – Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Yadi Surya Diputra menyebut bahwa serangan apapun yang ditujukan ke Paslon nomor urut 2, justru hanya akan membuat elektabilitasnya semakin naik.
Hal ini dikatakan menanggapi isu peniadaan debat cawapres yang disebut menguntungkan Gibran. Menurut Yadi, belakangan ini Paslon nomor urut 2, memang selalu diserang, bahkan dengan alasan yang tidak masuk akal.
“Jadi hari-hari kami ini bang, jika ada anak ayam yang mati dikandang, nunjauh 1000 kilo dari istana, yang disalahkan kami tuh,” kata Yadi, dalam forum Indonesia Lawyears Club, Kamis (7/12).
“Ada orang yang patah hati, bikin puisi di dalam lirik puisinya dianggap kami yang mengintervensi itu lawan jenisnya untuk ditolak. Hari-hari kami menghadapi tuduhan dan serangan dan kami enjoy dengan itu,” sambungnya.
Meski begitu, kata Yadi, serangan yang datang justru semakin menaikan elektabilitas Gibran. Dan yang tragis, menurut dia, orang-orang yang ‘mengganggu’ Gibran justru eletabilitasnya tidak bisa naik.
“Memang Mas Gibran itu ada satu keistimewaan. Mas Gibran itu semakin diganggu, elektibilitinya semakin tinggi. tidak diganggu semakin tinggi juga, itulah tragis nasib pengganggu gibran. Tragis bang nasib pengganggu gibran itu. Gibran diganggu terus tiap hari, elektibilitasnya semakin tinggi, tidak diganggu apalagi,” tegasnya.
Terkait isu perubahan debat cawapres, Yadi mengungkapkan pertemuan KPU pada 29 November dengan masing-masing tim Paslon, bahwa TKN hanya mengusulkan 3 hal, dan tidak ada usulan untuk mengubah format debat.
“Saya ingin mengatakan bahwa pada tanggal 29 pertemuan di KPU, pihak kami dari Prabowo Gibran yang menyusulkan 3 hal. Yang pertama, tema geopolitik hubungan internasional, pertahanan dan keamanan ditarik ke tema ke 5,” kata Yadi, dalam forum Indonesia Lawyears Club, Kamis (7/12).
“Lalu kita mendorong agar di tema keempat itu ditambah tema kebudayaan agar kita punya cara pandang lain dalam kita melihat realitas negara kita dengan kacamata kebudayaan. Yang terakhir, hanya 3 poin usulan kami adalah agar debat dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai satu ajang agar paslon memiliki ruang penuh untuk mensualisasikan gagasan, hanya itu,” sambungnya.
Namun, kata Yadi, pasca pertemuan itu muncul isu bahwa KPU meniadakan debat cawapres. Lalu beberapa hari kemudian muncul juga isu bahwa debat cawapres tetap ada namun didampingi masing-masing capres. Dan kesemua itu diframing bahwa Gibran yang mendapat untung.
“Pasca pertemuan 29 muncullah statement debat Cawapres tidak ada, oh Gibran takut, yang kedua, ada debat Cawapress tapi harus didampingi oleh Paslon dua-duanya hadir. Lalu disalahkan ke kami sedari awal kemudian mas Gibran dikonfirmasi,” kata Yadi.