Monitorday.com – Di tengah pesatnya perkembangan dunia pendidikan, guru modern bukan hanya pengajar, tetapi juga pelopor dalam menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan, fleksibel, dan mudah dipahami oleh para siswa. Namun tantangan tentu tak bisa dihindari, seperti kemampuan untuk mengadaptasi metode pengajaran, mengingat keberagaman karakteristik dan kebutuhan setiap peserta didik.
Untuk itu, penting adanya integrasi teknologi yang efektif dalam dunia pendidikan, yang dikenal dengan istilah Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK). Konsep ini memadukan tiga unsur penting: pengetahuan teknologi, pedagogi, dan konten, yang kesemuanya harus terjalin dengan harmonis.
Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Ifan Iskandar, S.Pd., PG Dipl. in TESOL, M. Hum, akademisi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan pada 14-15 Agustus 2024 di SMPN 1 Jatibarang, Kabupaten Indramayu.
Dalam kesempatan itu, Dr. Ifan menjelaskan pentingnya penguasaan TPACK bagi pendidik.
“Untuk mengimplementasikan model ini dengan efektif, pendidik harus memiliki pemahaman mendalam mengenai TPACK. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi para pendidik, khususnya di wilayah Indramayu, agar dapat mengembangkan keterampilan tersebut melalui pendekatan microlearning,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr. Ifan memaparkan microlearning, yang menjadi inti dari pelatihan ini, merupakan metode pembelajaran tersegmentasi yang menyajikan materi dalam format singkat dan fokus. Dengan pendekatan ini, pembelajaran dapat lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan individu yang beragam.
Dr. Ifan menjelaskan, integrasi teknologi melalui microlearning memungkinkan materi disampaikan dengan cara yang lebih relevan dan mudah dicerna oleh siswa.
Para peserta, ujar Dr. Ifan, yang terdiri dari kepala sekolah dan guru-guru di wilayah Indramayu, dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk merancang modul pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang mereka ajarkan.
Setiap kelompok kemudian mempresentasikan hasil karya mereka, yang selanjutnya dianalisis dan diberi masukan konstruktif oleh para narasumber. Proses ini tidak hanya memperdalam pemahaman peserta tentang TPACK, tetapi juga mendorong kolaborasi yang menghasilkan ide-ide segar dalam mengembangkan kualitas pembelajaran.
Sementara itu, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Indonesia Esa Unggul, Imam Santosa, M.Pd yang juga sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut juga memperkenalkan konsep pembelajaran berbasis microlearning kepada para peserta.
Dalam sesi tersebut, Imam mengajak peserta untuk merancang dan menyusun materi pembelajaran yang lebih terfokus dan efisien, sesuai dengan prinsip microlearning yang menekankan pada pembelajaran dalam waktu singkat dengan hasil yang optimal.
Ia menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan konsep TPACK dalam merancang materi ajar yang menggabungkan pengetahuan tentang konten, teknologi, dan pedagogi yang relevan dalam konteks pengajaran, agar pembelajaran dapat dilakukan secara lebih efektif dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam kesempatan itu, Imam memberikan pengalaman praktis mengenai bagaimana menerapkan TPACK dalam pengajaran sehari-hari, agar para pendidik dapat lebih mudah mengadaptasi teknologi terbaru tanpa mengesampingkan aspek pedagogis dan konten materi yang diajarkan.
Peserta diberi kesempatan untuk merancang materi pembelajaran yang tidak hanya menarik, tetapi juga relevan dengan perkembangan teknologi terkini. Dengan pendekatan ini, diharapkan para pendidik dapat meningkatkan efektivitas pengajaran mereka serta lebih responsif terhadap kebutuhan dan preferensi belajar siswa yang semakin berkembang di era digital ini.
Kemudian, Kepala Sekolah SMPN 1 Jatibarang, Darkim, mengapresiasi inisiatif kolaborasi antara sekolah dan universitas dalam meningkatkan kualitas pendidikan di daerah.
“Saya berharap kegiatan ini dapat memberikan wawasan baru yang bermanfaat bagi para pendidik dalam mengelola pembelajaran yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan siswa,” ujarnya. Darkim juga menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, karena hal ini menjadi kunci untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa.
“Saya percaya bahwa dengan menghadirkan materi yang relevan dan menarik, guru dapat merangsang minat belajar siswa, mendorong rasa ingin tahu mereka, serta menjadikan proses pembelajaran sebuah pengalaman yang positif,” tambahnya.
Fleksibilitas dalam pendekatan pengajaran memungkinkan guru untuk menyesuaikan metode dengan berbagai gaya belajar dan kecepatan perkembangan siswa, sehingga setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk menguasai materi.
Pembelajaran berbasis teknologi, menurut Darkim, adalah solusi yang tepat untuk memastikan materi yang disampaikan dapat dipahami dengan lebih baik oleh siswa. Di akhir kegiatan, beliau menegaskan bahwa inovasi dalam pendidikan sangat penting untuk memastikan bahwa setiap siswa, tanpa terkecuali, memperoleh kesempatan yang setara untuk belajar dan berkembang.
Melalui kegiatan ini, diharapkan para pendidik semakin siap menghadapi tuntutan zaman dan dapat menghadirkan pembelajaran yang lebih adaptif, inklusif, dan relevan bagi siswa di era digital yang terus berkembang.