News
Wamenag Dorong Transformasi Pendidikan di Perguruan Tinggi Islam
Transformasi digital di Perguruan Tinggi Islam menjadi fokus utama Wamenag, dengan penekanan pada relevansi lulusan, pendidikan vokasi, infrastruktur, dan pembentukan karakter.
Published
3 hours agoon
By
Natsir AmirMonitorday.com – Wakil Menteri Agama (Wamenag), Romo Muhammad Syafi’i, menyerukan transformasi besar-besaran di Perguruan Tinggi Islam sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan relevansi lulusan di era digital.
Dalam kunjungannya ke Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC) Ahad (26/01), Romo menekankan bahwa digitalisasi adalah kunci utama menghadapi tantangan pendidikan modern.
“Transformasi ini bukan sekadar soal teknologi, tetapi juga bagaimana kita memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat,” ujar Romo yang didampingi oleh Junisab Tenaga Ahli Menteri Agama RI bidang pengawasan dan pengedalian ASN, Nona Gayatri Nasutio S,Si Stafsus Menag RI bidang Pendidikan, Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Kementerian, George Edwin Sugiharto, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat.
Turut pula hadir Tokoh KAHMI Jawa Barat seperti dr. Asad Sp.THT-KL, Dr. Fahrus Fadhly Zaman (Akademisi Universitas Kuningan) dan Dr. Nanan Abdul Manan, M.Pd (Wakil Rektor 1 Universitas Muhammadiyah Kuningan/ Ketua ICMI Orda Kuningan)
Digitalisasi Sebagai Pilar Utama
Romo menyebutkan bahwa digitalisasi adalah langkah tak terelakkan untuk menciptakan efisiensi, memperluas akses pendidikan, dan mempersiapkan lulusan dengan keterampilan yang relevan di pasar kerja.
Menurutnya, Perguruan Tinggi Islam harus segera mengadopsi teknologi dalam berbagai aspek, mulai dari administrasi hingga metode pengajaran.
“Dunia bergerak cepat, dan jika kampus tidak mengikuti perkembangan zaman, kita akan tertinggal jauh. Digitalisasi adalah jembatan menuju masa depan yang lebih baik,” tegasnya.
Namun, Romo juga menekankan bahwa transformasi digital bukan hanya tentang teknologi, melainkan perubahan pola pikir. Kampus harus berani merombak metode pengajaran, memperbarui kurikulum, dan menciptakan interaksi yang lebih dinamis dengan masyarakat.
“Kita tidak bisa membiarkan Perguruan Tinggi Islam menjadi menara gading. Kampus harus hadir sebagai solusi nyata untuk problematika umat,” tambahnya.
Fokus pada Relevansi dan Kualitas Lulusan
Selain digitalisasi, Romo menyoroti pentingnya Perguruan Tinggi Islam untuk fokus pada kualitas dan relevansi lulusan. Ia mengkritik tren pembukaan program studi baru yang sering kali tidak relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
“Apa gunanya membuka banyak program studi jika lulusannya tidak terserap di masyarakat? Ini hanya akan menambah angka pengangguran,” ungkapnya.
Sebagai contoh, Romo menyoroti keberhasilan Tiongkok dalam mengembangkan pendidikan vokasi. Ia menjelaskan bahwa pemerintah Tiongkok memiliki pendekatan strategis yang menyeimbangkan antara pendidikan akademik dan vokasi. Universitas seperti Peking University, Tsinghua University, dan Fudan University telah berhasil mencapai reputasi dunia dengan indikator yang terukur.
“Pendidikan vokasi di Tiongkok menjadi contoh yang patut ditiru. Pemerintah mereka menetapkan standar yang jelas, dan setiap lembaga wajib melaporkan capaian tahunannya. Ini menunjukkan keseriusan mereka dalam memastikan pendidikan relevan dengan kebutuhan masyarakat,” jelasnya.
Romo menginginkan hal serupa diterapkan di Perguruan Tinggi Islam di Indonesia. Ia berharap kampus-kampus di bawah Kementerian Agama lebih berorientasi pada pendidikan vokasi yang fokus pada penciptaan lapangan kerja.
“Transformasi pendidikan ini harus membawa manfaat nyata, tidak hanya untuk dunia akademik, tetapi juga bagi masyarakat luas,” katanya.
Alokasi Dana dan Percepatan Sertifikasi Guru
Selain digitalisasi, Romo juga menyampaikan bahwa pemerintah telah mengalokasikan dana segar sebesar $20 miliar dari penghematan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk memperbaiki infrastruktur pendidikan, baik umum, keagamaan, maupun pesantren. Dana tersebut akan difokuskan pada perbaikan fasilitas dasar seperti MCK, atap sekolah, meja, dan kursi belajar.
“Kepala daerah harus lebih memprioritaskan infrastruktur fisik terlebih dahulu sebelum program makan bergizi gratis. Fasilitas yang layak adalah fondasi dari pendidikan berkualitas,” tegas Wamenag.
Wamenag juga mendorong percepatan sertifikasi guru dalam dua tahun ke depan, mengakhiri skema sebelumnya yang hanya menargetkan 45 ribu guru per tahun. “Kita harus menyediakan dana yang cukup untuk meningkatkan gairah dan kinerja guru. Tanpa guru yang kompeten, visi pendidikan kita sulit tercapai,” ujarnya.
Restrukturisasi Kelembagaan Pendidikan
Sebagai bagian dari transformasi kelembagaan, Wamenag mengusulkan restrukturisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menjadi beberapa direktorat baru, seperti Direktorat Jenderal Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Keagamaan, serta Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Keagamaan.
Usulan ini melibatkan kolaborasi dengan akademisi, rektor, dan pejabat terkait untuk menciptakan desain struktur yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan pendidikan.
Pendidikan Keagamaan dan Pembentukan Karakter
Ia juga menyoroti tantangan dalam pendidikan keagamaan, seperti ketidaksesuaian antara pengetahuan agama dan semangat keberagamaan. Perguruan Tinggi di bawah naungan Kementerian Agama tidak lepas dari perhatiannya.
“Alumni berpendidikan tinggi sering kali kurang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan. Kita membutuhkan riset mendalam untuk menjembatani kesenjangan ini,” tuturnya.
Ia menekankan bahwa pendidikan bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter. “Kita harus mengintegrasikan praktik langsung yang melibatkan kehidupan sosial dan lingkungan dalam pendidikan. Ini adalah kunci mencetak generasi yang berintegritas,” katanya.
Sementara itu, Rektor UINSSC, Prof. Dr. H. Aan Jaelani, M.Ag, menyambut kedatangan Wakil Menteri Agama RI di Cirebon dengan penuh antusias. Kehadiran Wamenag disambut hangat bersama seluruh civitas akademika UINSSC, lengkap dengan sajian khas Cirebon, nasi jamblang.
Dalam sambutannya, Prof. Aan menegaskan komitmen UINSSC untuk menjadi garda terdepan dalam digitalisasi. Dengan mengusung nama “Siber” sebagai identitas kampus, UINSSC bertekad mewujudkan transformasi digital yang komprehensif. “Kami ingin memberikan manfaat nyata bagi masyarakat melalui inovasi berbasis teknologi,” ungkapnya.
Fokus pada digitalisasi ini sejalan dengan visi UINSSC sebagai pusat pendidikan modern yang relevan dengan kebutuhan zaman.
“Kehadiran Wamenag diharapkan semakin memperkuat sinergi antara dunia akademik dan pemerintahan dalam mendorong kemajuan teknologi di Indonesia,” pungkasnya.