Monitorday.com – Dalam debat perdana pada Selasa (12/12) malam, calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan, sempat menyebut Prabowo Subianto tidak kuat menjadi oposisi karena tidak bisa berbisnis. Hal ini ditanggapi oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran.
Sekretaris TKN Nusron Wahid mengatakan bahwa masuknya Prabowo Subianto ke pemerintahan Jokowi-Ma’ruf bukan karena tidak tahan oposisi, melainkan justru demi rekonsiliasi nasional.
“Pak Prabowo masuk ke pemerintahan bukan karena tidak tahan oposisi, apalagi karena selama oposisi tidak bisa berbisnis. Tapi karena panggilan bangsa dan sejarah,” kata Nusron, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/12).
Menurut Nusron, langkah Prabowo bergabung dengan pemerintahan Presiden Jokowi adalah bentuk untuk mengatasi keterbelahan di masyarakat pada Pilpres 2019.
“Karena kebutuhan untuk mengatasi problem bangsa akibat keterbelahan pascapilpres 2019. Negara tidak boleh pecah dan terbelah sehingga dibutuhkan jiwa besar Pak Prabowo untuk bersedia bergabung dalam pemerintahan Jokowi. Ini adalah bentuk rekonsiliasi nasional,” kata Nusron.
Politisi Partai Golkar ini pun menegaskan bahwa langkah bergabungnya Prabowo ke pemerintahan bukan bentuk pragmatisme atau hanya mencari keuntungan semata, tetapi demi persatuan dan kesatuan Indonesia dan masa depan demokrasi di Indonesia.
Menurut Nusron, dampak bergabungnya Prabowo ke pemerintahan telah terbukti dengan situasi politik menjadi adem dan optimal. Hal itu, merupakan sebuah jiwa besar yang dimiliki oleh Prabowo, meskipun kalah dalam Pilpres 2019.
“Ini yang jarang dimiliki oleh pemimpin lain di Indonesia. Sementara, setiap pemilihan kepala desa saja, yang kalah biasanya musuhan. Sampai tidak mau omong-omongan bertahun tahun. Tapi ini Pak Prabowo tidak sama sekali. Berangkulan dengan Pak Jokowi dan membangun pemerintahan bersama,” kata Nusron.
“Bergabungnya pak Prabowo ke koalisi pemerintahan sebagai bentuk jiwa besarnya untuk Indonesia. Karena hal itu yang menikmati adalah rakyat, bukan pribadi,” tandasnya.