Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran, Nusron Wahid, meminta publik, termasuk Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), untuk menghargai silaturahmi cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, dengan tokoh-tokoh adat atau raja-raja di Maluku beberapa waktu lalu. Nusron menegaskan bahwa para raja Maluku hadir dalam kapasitas pemimpin adat, dan kegiatan tersebut tidak membahas kebijakan atau dukungan desa.
“Dalam konteks silaturahmi di Maluku, para raja itu hadir sebagai pemimpin adat. Tolong jangan dicampuradukkan dengan hal lain,” ujar Nusron dalam keterangan resminya yang diterima Beritasatu.com pada Minggu (14/1/2024).
Nusron menegaskan bahwa pertemuan di Swiss-Bell Hotel Ambon pada Senin (8/1/2024) tersebut tidak membahas kebijakan atau dukungan terkait desa. Para raja Maluku hadir sebagai pemimpin adat, bukan kepala desa.
“Para raja juga bertemu dalam kapasitasnya sebagai raja adat, bicara tentang kearifan lokal Maluku, tentang keterwakilan suku Maluku dalam pembangunan Indonesia, serta permasalahan hak adat. Itu yang dibicarakan,” tegasnya.
Menurut Nusron, jika para raja se-Maluku akhirnya memberikan dukungan kepada Gibran, hal itu sah-sah saja dalam kapasitas mereka sebagai raja Maluku. “Kalau pun ada pernyataan dukungan setelahnya, itu juga adalah sebagai raja dalam konteks adat Maluku. Sekali lagi tolong dihargai adat istiadat setempat, hargai adat istiadat di Maluku,” ucapnya.
Nusron menyebut bahwa silaturahmi tersebut merupakan wadah untuk Gibran mendengarkan aspirasi para raja Maluku. TKN mengajak semua pihak untuk menghargai konteks adat istiadat tersebut.
“Ada petuah Jawa yang menyatakan deso mowo coro, negoro mowo toto. Artinya setiap wilayah memiliki cara dan adat istiadat-nya masing-masing. Ini harus dihargai,” katanya.
Nusron menegaskan bahwa konteks adat istiadat tersebut merupakan bagian integral dari masyarakat, terutama di wilayah Maluku. Raja-raja Maluku, kata Nusron, tidak boleh dianggap hanya sebagai kepala desa.