Monitorday.com – Hasil survei terbaru dari Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan bahwa Partai Gerindra berhasil mengungguli Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dalam elektabilitas partai politik menjelang Pemilu 2024.
Gerindra diprediksi akan meraih 17,7 persen suara, sementara PDIP hanya 15,0 persen. Hal ini berarti Gerindra menggagalkan upaya PDIP untuk menang tiga kali berturut-turut dalam pemilu legislatif.
Survei indEX Research juga menyoroti pergerakan elektabilitas di partai politik papan tengah. Salah satu yang menarik adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang diproyeksikan akan menjadi pendatang baru di parlemen dengan mendapatkan 6,8 persen suara. PSI merupakan salah satu partai pengusung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, yang juga didukung oleh Gerindra.
Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni mengatakan bahwa kemenangan Gerindra dan PSI tidak terlepas dari faktor Joko Widodo (Jokowi), yang beralih dukungan dari PDIP ke Gerindra. “Asosiasi kuat PSI dengan Jokowi, ditambah kemunculan Kaesang dan dukungan PSI terhadap Prabowo-Gibran, membuat elektabilitas ikut terkerek,” ujar Vivin dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/1).
Sementara itu, PDIP mengalami penurunan elektabilitas akibat perpecahan di internal partai. “Perseteruan Jokowi dan Megawati merontokkan kekuatan PDIP yang sebelumnya mendominasi perpolitikan selama dua periode,” kata Vivin. Ia menambahkan bahwa elektabilitas PDIP mulai anjlok setelah penentangan soal timnas Israel pada Piala Dunia U20 oleh Ganjar Pranowo dan elite partai lainnya.
Di antara partai politik lainnya, Golkar menempati posisi ketiga dengan elektabilitas 10,1 persen, diikuti oleh Demokrat dengan 7,3 persen dan PKB dengan 7,1 persen. PKS, PAN, Nasdem, PPP, Perindo, dan Gelora masih berada di bawah ambang batas parlemen. Sedangkan partai baru seperti PBB, Hanura, Ummat, dan Garuda belum mampu menarik perhatian pemilih.
Survei indEX Research dilakukan pada 3-9 Januari 2024 dengan melibatkan 1200 responden dari seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei menggunakan wawancara tatap muka dengan sampel acak bertingkat. Margin of error survei sebesar sekitar 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.