Program hilirisasi nikel menjadi pusat perhatian setelah Calon Wakil Presiden RI Muhaimin Iskandar (Cak Imin) mengkritiknya sebagai tindakan ‘ugal-ugalan’. Kritik tersebut mendapat tanggapan dari sejumlah menteri, termasuk Menteri Perdagangan RI dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.
Zulkifli Hasan menilai kritikan tersebut tidak etis, mengingat program hilirisasi telah memberikan dampak positif bagi masyarakat. “Mereka kan bicara soal etika, etikanya itu kayak apa? Menterinya masih di dalam, masih di dalam koalisi pemerintahan, karena mau maju capres, lalu mencela sana-sini. Saya kira publik bisa menilai,” ujar Zulhas usai acara Senam Bareng Relawan Bergerak 1912, di Lapangan Pandowoharjo, Niron, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Hilirisasi itu sangat menguntungkan Indonesia, selama ini kita mengekspor (hasil tambang) Tanah Air, digali, diekspor, tapi sekarang dibikin di sini,” sambungnya.
Zulhas menilai pembangunan pabrik smelter di Morowali dan Gresik mampu menambah nilai terhadap investasi di Indonesia sekaligus memberi lapangan ke pekerjaan bagi masyarakat.
“Saya baru saja lihat kemarin misalnya emas, Freeport selama ini kirim bahan baku, sekarang lagi dibangun pabrik smelter emas dan perak, luar biasa USD 4 miliar. Bayangkan berapa tenaga kerja dan nilai tambah yang akan dihasilkan. Begitu juga nikel, pabrik dibangun di Morowali, berapa banyak yang kerja, berapa banyak nilai tambah. Bisa puluhan kali, bahkan ratusan kali nilai tambah,” ucapnya.
Soal tenaga asing di proyek smelter Indonesia, Zulhas pun mewajarkan hal ini. Pasalnya, saat ini masih belum banyak tenaga ahli asal Indonesia yang mampu mengelola teknologi yang digunakan pada proyek tersebut.
“Ada sedikit masalah di sana-sini, wajar, karena baru saking canggihnya pabriknya. Jadi, wajar kalau kita belum mampu, kita bawa beberapa tenaga ahli yang dari luar negeri,” pungkasnya.