Mantan politisi PDIP Budiman Sudjatmiko angkat bicara soal fenomena perpindahan dukungan dari pasangan calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD ke pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Menurutnya, hal ini terjadi karena tidak ada hambatan ideologis antara kedua kubu.
Budiman mengatakan, banyak pendukung Ganjar yang merasa tidak ada perbedaan yang signifikan antara visi-misi, karakter, dan nilai-nilai politik Prabowo dan Gibran dengan Ganjar dan Mahfud. Oleh karena itu, mereka tidak kesulitan untuk beralih ke Prabowo dan Gibran.
“Saya merasa perpindahan pendukung atau dukungan dari 03 ke 02 itu tidak ada hambatan secara ideologis dalam politik, jadi kemungkinannya perpindahannya akan banyak, karena bagaimanapun juga banyak pendukung 03 merasa bahwa visi-misi dan karakter serta nilai-nilai politik 02 itu tidak banyak perbedaannya dengan 03, sehingga mudah saja bagi mereka pindah ke 02,” kata Budiman saat dihubungi, Sabtu (27/1/2024).
Budiman juga menyebut alasan pragmatis lainnya yang mendorong perpindahan dukungan tersebut. Dia menilai, Prabowo dan Gibran memiliki peluang besar untuk memenangkan Pemilu 2024, baik dalam satu putaran maupun dua putaran. Karena itu, dia mengatakan, lebih efisien untuk mendukung Prabowo dan Gibran sejak awal.
“Dan perpindahan yang lebih pragmatis adalah bahwa kemungkinan 02 menang sekali putaran, kalau toh pemilu 2 putaran, kemungkinan besar 02 juga akan memenangkannya, sehingga mereka mungkin berpikir bahwa daripada buang energi, buang biaya, buang waktu, kenapa nggak sekalian aja menangkan sekali putaran untuk 02? Toh secara ideologis tidak ada perbedaan,” ucapnya.
Namun, Budiman menegaskan bahwa perpindahan dukungan ini tidak ada kaitannya dengan pengkondisian atau pengorganisasian dari pihak tertentu. Dia mengklaim bahwa perpindahan dukungan ini murni berdasarkan pertimbangan individu masing-masing pendukung.
“Sehingga itu saya kira yang sudah jadi pertimbangan banuyak pendukung 03 yang pindah ke 02. Tapi saya pastikan ini tidak terstruktur, tidak sistematis, tapi masif, kemungkinan akan masif perpindahan dukungan dari 03 dan 02. Tapi tidak terstruktur tidak sistematis, tidak ada pengorganisasian untuk itu, tapi pertimbangan individu masing-masing yang melihat seperti yang saya katakan tadi,” ujar dia.
Salah satu contoh perpindahan dukungan dari Ganjar ke Prabowo adalah Stefanus Gusma, Ketua Umum Pemuda Katolik (PK). Gusma mengundurkan diri dari PDIP dan Badiklatpus PDIP, dan kini aktif mendukung Prabowo dan Gibran melalui komunitas Solidaritas Anak Muda untuk Keberagaman dan Toleransi Indonesia (Sakti).
Gusma mengaku memiliki perbedaan pandangan dengan PDIP soal Pilpres 2024. Padahal, dia mengaku pernah menjadi relawan Joko Widodo dan Gibran saat maju sebagai walikota Solo.
“Pertimbangan saya pamit karena telah berbeda dengan partai soal Pilpres 2024. Saya rasa logis dan etisnya demikian. Dulu saat masih aktivis mahasiswa di Solo saya sudah jadi relawannya Pak Jokowi saat maju walikota, lalu ikut berjuang saat beliau maju Gubernur DKI, dan saat maju Pilpres dua kali. Saya juga koordinator door to door-nya Mas Gibran saat maju walikota Solo”, jelas Gusma.
Perpindahan dukungan dari Ganjar ke Prabowo ini menarik perhatian publik dan media. Banyak yang mempertanyakan apakah hal ini akan berpengaruh terhadap elektabilitas kedua pasangan calon.