Ruang Sujud
Larangan Berdoa Dengan Suara Keras Dalam Islam
Published
10 months agoon
By
Robby KarmanBerdoa merupakan salah satu ibadah utama dalam agama Islam. Doa adalah sarana untuk berkomunikasi dengan Allah, mencurahkan keinginan, memohon ampun, dan menyatakan ketergantungan pada-Nya. Namun, dalam Islam, terdapat larangan untuk berdoa dengan suara keras. Larangan ini bukanlah suatu bentuk pembatasan tanpa alasan, melainkan memiliki hikmah dan tujuan yang mendalam yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.
1. Kehormatan dalam Berdoa
Berbicara dalam suara keras saat berdoa dapat mengurangi kehormatan doa itu sendiri. Islam mengajarkan untuk merendahkan diri di hadapan Allah dan berkomunikasi dengan-Nya dengan penuh khusyuk. Doa adalah ungkapan hati yang penuh rasa harap, kecemasan, dan kehambaan kepada Allah. Dengan berbicara secara pelan, kita menunjukkan kerendahan hati dan penghormatan kepada Sang Pencipta.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an (Surah Al-A’raf, 205): “Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut yang lain dari perkataan yang tidak terdengar oleh pendengaran.” Hal ini menegaskan pentingnya merendahkan diri ketika berdoa, tanpa menarik perhatian orang lain dengan suara yang keras.
2. Khusyuk dan Kontemplasi
Larangan berdoa dengan suara keras juga bertujuan untuk meningkatkan tingkat khusyuk dan kontemplasi dalam berdoa. Khusyuk adalah sikap hati yang sepenuhnya tunduk dan khusyuk di hadapan Allah. Dalam keadaan tenang dan hening, doa menjadi lebih intens dan mendalam. Suara yang lembut dan perlahan membantu kita untuk fokus pada makna doa dan meresapi setiap kata yang diucapkan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan contoh dalam berdoa dengan suara yang pelan dan tunduk. Beliau bersabda, “Doalah kepada Allah dengan penuh rasa yakin, dan tahu bahwa Allah tidak menyukai doa dari hati yang lalai dan tidak sabar.” (HR. At-Tirmidzi).
3. Mencegah Keangkuhan dan Riya’
Berbicara dengan suara keras saat berdoa juga dapat menjadi sumber keangkuhan dan riya’ (berharap pujian dari orang lain). Islam menekankan pentingnya menjaga niat dan memastikan bahwa ibadah dilakukan semata-mata untuk Allah. Dengan berdoa secara tenang, kita menghindari mencari perhatian atau pujian dari orang lain.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an (Surah Al-Ma’un, 5-6): “Mereka yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya dan melarang pemberian bantuan yang kecil.”
4. Menghormati Lingkungan dan Masyarakat
Larangan berdoa dengan suara keras juga memiliki dimensi sosial. Suara yang keras dapat mengganggu ketenangan orang lain yang sedang beribadah atau berkumpul di tempat umum. Islam mendorong umatnya untuk saling menghormati dan tidak mengganggu ketenangan orang lain.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia berbicara yang baik atau diam.” (HR. Bukhari-Muslim). Menjaga keheningan saat berdoa adalah bagian dari kesopanan dan kebijaksanaan yang diajarkan oleh Islam.
5. Kesimpulan
Larangan berdoa dengan suara keras dalam Islam bukanlah bentuk pembatasan tanpa alasan, melainkan suatu tuntunan yang memiliki nilai-nilai mendalam. Dengan berdoa secara tenang dan khusyuk, kita menghormati doa itu sendiri, meningkatkan kontemplasi, dan menghindari sikap riya’ yang dapat merusak niat ikhlas. Selain itu, menjaga keheningan juga mencerminkan rasa hormat terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
Dalam merajut hubungan spiritual dengan Allah, penting bagi umat Islam untuk selalu merendahkan diri, menghormati ibadah, dan menjauhi perilaku yang dapat mengganggu ketenangan. Dengan menerapkan larangan berdoa dengan suara keras, kita dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan hati yang khusyuk dan niat yang tulus.