Investasi dalam bidang hilirisasi menjadi daya tarik yang signifikan bagi investor baik dari dalam maupun luar negeri. Pada tahun 2023, realisasi investasi dalam bidang hilirisasi mencapai angka yang mencengangkan, yakni sebesar Rp375,4 triliun. Angka ini menunjukkan tingginya minat dan kepercayaan investor terhadap potensi ekonomi Indonesia, terutama dalam mengembangkan industri pengolahan yang lebih maju.
Menurut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, investasi hilirisasi merupakan salah satu kunci penting untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045. Untuk itu, diperlukan investasi sebesar 545,3 miliar dolar AS dalam 21 komoditas utama di delapan sektor prioritas, sesuai dengan rencana strategis yang telah disusun oleh Kementerian Investasi/BKPM.
Pencapaian ini tidak hanya mengindikasikan keberhasilan pemerintah dalam menciptakan lingkungan investasi yang kondusif, tetapi juga menegaskan bahwa upaya hilirisasi di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan terus mengalirnya investasi dalam bidang hilirisasi, diharapkan Indonesia dapat terus meningkatkan nilai tambah produknya, menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak, dan meningkatkan daya saing ekonominya di pasar global.
Tujuan utama dari peningkatan distribusi ini adalah untuk menekan harga beras dan memastikan ketersediaannya bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah yang mengatur harga eceran tertinggi (HET) untuk beras, yakni maksimal Rp10.900 per kilogram di tingkat konsumen.
Namun, berita ini juga mencatat adanya fluktuasi harga beras premium yang disebabkan oleh defisit produksi beras, yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca seperti El Nino. Kondisi cuaca yang tidak menguntungkan ini memperumit produksi beras, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi stabilitas harga di pasar. Oleh karena itu, langkah-langkah seperti peningkatan distribusi beras SPHP menjadi sangat penting untuk menjaga ketersediaan beras dengan harga yang terjangkau di pasar.