Monitorday.com – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menegaskan kembali arti penting pendidikan dalam mendukung seluruh anak bangsa untuk meraih cita-cita dan mobilitas sosial dalam kehidupan.
Dalam pidatonya pada Sidang Senat Terbuka Dies Natalies ke-55 UIN Walisongo Semarang, Mendikdasmen menyampaikan bahwa pendidikan merupakan fondasi utama dalam membentuk bangsa yang kuat dan berdaya saing.
Banyak negara menempatkan pendidikan sebagai dasar menjadi bangsa yang kuat. Arah kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, yang dirumuskan melalui visi Pendidikan Bermutu untuk Semua, menekankan dua hal utama, yaitu pemerataan akses pendidikan dan jaminan mutu pendidikan.
“Semua warga negara Indonesia berhak mendapat layanan pendidikan. Kami menggunakan kata ‘layanan’ karena negara berkewajiban memberikan pelayanan kepada waga negaranya. Kemudian, layanan pendidikan tersebut harus bermutu agar dapat melahirkan generasi yang cerdas, terampil, dan berakhlak mulia,” ucap Mendikdasmen di Semarang, Rabu (9/4).
Lebih lanjut, Mendikdasmen menguraikan bahwa kebijakan pendidikan nasional diarahkan untuk membentuk generasi yang berpengetahuan (knowledgeable), terampil (capable), dan rendah hati (humble). Dalam konteks ini, penguasaan ilmu pengetahuan harus dibarengi dengan keterampilan dan karakter yang baik.
Knowledgeable menggambarkan generasi yang tahu dan mengerti banyak hal, sehingga kekuatan ilmu akan menjadi kekuatan suatu bangsa. Capable menunjukkan generasi yang memiliki keterampilan dan kesiapan menghadapi dunia kerja setelah menyelesaikan studi. Terakhir, humble menegaskan bahwa generasi muda tetap harus memiliki akhlak mulia dan budi pekerti luhur sesuai amanat konstitusi.
Ia juga menyoroti pentingnya soft skills seperti kreativitas (creativity), berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), dan kolaborasi (collaboration) yang sangat relevan dengan perkembangan dunia saat ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) yang dicanangkan oleh Kemendikdasmen, terdapat dua aspek lain yang tak kalah penting, yaitu karakter (character) dan kewargaan (citizenship). Kedua hal tersebut tidak dapat diabaikan dalam pendidikan, demi menumbuhkan kepekaan, kepedulian, dan rasa tanggung jawab terhadap masa depan bangsa.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN Walisongo Semarang, Fihris, turut menyampaikan orasi ilmiah bertajuk “Deep Learning: Pendekatan Inovatif dan Transformatif dalam Pendidikan Islam”. Fihris menjelaskan bahwa salah satu inovasi yang ditawarkan oleh deep learning adalah personalisasi pembelajaran.
“Setiap peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda, sehingga memungkinkan adanya fleksibilitas dalam penyampaian materi yang disesuaikan konten dan minat individu,” kata Fihris.
Ia juga menyoroti pentingnya pemanfaatan teknologi digital dalam mendukung deep learning. Teknologi seperti kecerdasan buatan, analitik pembelajaran, dan platform interaktif mampu memberikan pengalaman belajar yang adaptif dan kaya.
Contoh nyata datang dari MTs Negeri Yogyakarta yang telah menggunakan teknologi augmented reality dalam pembelajaran sejarah Islam sehingga siswa dapat mempelajari kota-kota kuno secara virtual.
“Hasil survei menunjukkan bahwa 87 persen peserta didik merasa lebih memahami materi dibandingkan metode konvensional,” pungkasnya.
Pendidikan yang inklusif, bermutu, dan relevan dengan perkembangan zaman menjadi kunci dalam mencetak generasi unggul yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter kuat, serta kepedulian terhadap masyarakat dan bangsa.
Melalui visi Pendidikan Bermutu untuk Semua dan pendekatan deep learning yang mengedepankan personalisasi, teknologi, serta penguatan karakter dan kewargaan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah berkomitmen mendorong pendidikan yang transformatif dan berkelanjutan.