Monitorday.com – Menurut peneliti di bidang legislasi dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus, kenaikan jumlah suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) seharusnya dianggap wajar, seiring dengan pola kenaikan suara yang juga dialami oleh partai lain.
Karus mengemukakan bahwa tudingan manipulasi muncul karena PSI mengalami lonjakan yang signifikan, sementara partai lain yang mengalami kenaikan suara dianggap biasa saja.
Sebagai contoh, PKB dan Partai Gelora juga mengalami kenaikan suara menurut hitung cepat Indikator dan versi resmi KPU. Lucius Karus menyoroti perbedaan hasil antara quick count Indikator dan real count KPU untuk beberapa partai, termasuk PSI.
Ia menegaskan bahwa kritik terhadap kenaikan suara PSI mungkin tidak hanya didasarkan pada perolehan suara yang tinggi, tetapi juga terkait dengan posisi PSI yang dianggap sebagai ‘Partai Jokowi’. Pemikiran ini mencuat karena PSI dipimpin oleh Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, menyatakan bahwa penambahan suara selama rekapitulasi adalah hal wajar dan mengingatkan agar tidak ada sikap tendensius dalam menyikapi penambahan suara untuk PSI.
Grace Natalie optimis bahwa PSI dapat mencapai ambang batas parlemen, terutama dengan adanya suara yang belum dihitung, sebagian besar berada di basis pendukung Jokowi yang menjadi potensi dukungan kuat bagi PSI.