Kisah sahabat yang berjuang untuk melunasi utang sesama umatnya dan akhirnya menjadi inspirasi. Kehidupan seorang sahabat yang gemar memberikan bantuan keuangan kepada sesama Muslim, bahkan saat dirinya tengah mengalami sakit, memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga hubungan persaudaraan dan persahabatan dalam masyarakat.
Seperti yang kita ketahui, utang memiliki potensi untuk merusak hubungan antar-individu, bahkan dapat memunculkan konflik hingga tindakan kekerasan. Inilah sebabnya mengapa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan doa untuk menjauhkan diri dari jeratan utang dengan kata-kata:
“Allahumma inni a’uudzubika minal-ma’tsami wal-maghram” (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat dosa dan beban utang).
Mari kita merenungkan kisah seorang sahabat yang bernama Qais bin Sa’ad bin Ubadah, yang terkenal dengan sifat dermawannya yang luar biasa.
Dalam sebuah pengkajian yang dipimpin oleh Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, cerita tentang Qais bin Sa’ad menceritakan tentang kegemarannya dalam berbagi kepada sesama. Bahkan Sayidina Abu Bakar dan Umar, dua tokoh besar dalam sejarah Islam yang pernah memberikan seluruh atau sebagian besar harta mereka untuk kepentingan umat, merasa terkagum-kagum oleh ketulusan hati dan kebaikan Qais.
Qais memiliki kebiasaan yang luar biasa, yaitu berkunjung ke rumah-rumah orang untuk menawarkan bantuan keuangan atau memberikan pinjaman. Namun, ketika saat pembayaran tiba, ia sering kali menolak pembayaran tepat waktu dan mengizinkan para peminjam untuk menunda pembayaran. Jika mereka tetap bersikeras membayar, Qais akan menerima uang tersebut lalu mengembalikannya sebagai sedekah atau hadiah.
Suatu hari, Qais jatuh sakit, dan kali ini, ia merasa heran karena hanya sedikit teman yang datang menjenguknya. Biasanya, ketika seorang sahabat sakit, banyak yang datang untuk mengunjunginya dengan cepat.
Qais mencari tahu alasan di balik ketidakhadiran mereka, dan akhirnya, seorang teman mengungkapkan dengan jujur,
إنهم يستحيون مما لك عليهم من الدين
Artinya: “Sungguh mereka malu, karena masih memiliki tanggungan utang yang belum dibayarkan kepadamu.”
Mendengar itu, Qais terkejut seraya berkata:
أخزى الله مالا يمنع عني الإخوان من الزيارة
Artinya: “Alangkah buruknya hartaku yang mencegah saudara- saudaraku untuk mengunjungiku…!”
Mendengar penjelasan itu, Qais sangat terkejut dan berkata, “Semoga Allah memberi malu kepada harta saya yang telah menghalangi saudara-saudara saya untuk mengunjungi saya!”
Kemudian, Qais memerintahkan pembantunya untuk mengumumkan kepada semua orang bahwa ia memaafkan semua utang yang ada pada dirinya.
Tidak lama kemudian, orang-orang berbondong-bondong datang untuk menjenguk Qais, bahkan sampai-sampai pintu rumahnya rusak karena banyaknya orang yang ingin menjenguknya.