Deddy Corbuzier, yang terkenal dengan minatnya pada film horor, memulai debutnya sebagai produser film bergenre horor melalui film “Malam Pencabut Nyawa” karya sutradara Sidharta Tata. Keputusannya terlibat dalam produksi film ini dipicu oleh cerita unik yang diusung oleh film tersebut.
“Ini film horor pertama yang saya produseri. Saya kan suka nonton film horor, tapi di Indonesia secara cerita belum ada yang manusianya ngelawan. Jadi ketika ada cerita di mana manusia lawan setannya secara harfiah ini agak beda. Makanya kemudian gue masuk,” ungkap Deddy Corbuzier di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Deddy ingin memastikan bahwa film yang diproduksi oleh BASE Entertainment ini tidak hanya mengandalkan jumpscare untuk menakut-nakuti penonton, tetapi juga menyoroti kekuatan karakter utama yang memiliki semangat tinggi untuk melawan mahluk halus.
Menurut Deddy, konsep ini unik dan belum banyak dieksplorasi dalam film horor Indonesia yang beredar di bioskop. Di tengah banyaknya film horor yang diproduksi, Deddy menyadari pentingnya mencari keunikan agar film yang diproduksinya dapat bersaing di pasaran.
“Kalau ingin sukses, film horornya harus memiliki ciri khas yang berbeda. Ide pertama tentang manusia yang melawan mahluk halus langsung menarik bagi saya,” tambahnya.
Sebagai produser film horor, Deddy Corbuzier merasakan tantangan dalam menggunakan efek CGI. Terutama dalam “Malam Pencabut Nyawa”, efek CGI harus dipadukan dengan set lokasi yang telah dibangun. Deddy menyadari bahwa kegagalan penggunaan CGI dapat merusak keseluruhan film, sehingga hal tersebut menjadi tantangan tersendiri baginya.
“Bikin alam mimpinya karena harus terlihat real tapi itu mimpi. Gabungan antara set dan CGI dan kalau itu jelek makanya seluruh film jelek. Makanya alam mimpinya harus bagus. Itu yang bikin produksinya lama. Kalau kita invest kan kita lihat produksinya seperti apa sampai detail seperti apa. Kita bisa kasih masukan yang berfaedah buat filmnya,” tutup Deddy.