Monitorday.com – Kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) bagi mahasiswa baru tahun 2024 menjadi perbincangan hangat di dunia pendidikan Indonesia. UKT, yang merupakan sistem pembayaran biaya kuliah di seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN), mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya.
Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya biaya operasional yang harus ditanggung oleh perguruan tinggi, termasuk biaya alat tulis kantor (ATK) dan upah bagi dosen non-pegawai negeri sipil (PNS).
Besaran UKT biasanya ditentukan berdasarkan kemampuan ekonomi keluarga mahasiswa, sehingga mahasiswa yang mampu membayar akan membayar lebih banyak daripada yang tidak mampu.
Namun, kenaikan UKT tahun ini membuat banyak mahasiswa dari keluarga ekonomi lemah kesulitan untuk melanjutkan pendidikan mereka.
Contohnya adalah Siti Aisyah, mahasiswa baru jurusan agroteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Riau (UNRI).
Meskipun diterima melalui seleksi nasional berdasarkan prestasi (SNBP), Siti memilih untuk mundur sebelum perkuliahan dimulai karena tidak mampu membayar UKT.
Ayahnya, Fendi, yang bekerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu, mengaku tidak sanggup membayar UKT golongan 5 yang mencapai Rp4,8 juta. Siti tidak sendirian; beberapa rekan seangkatannya, seperti Misfa Yunira, juga memilih mundur karena alasan ekonomi yang sama.
Siti mengungkapkan kekecewaannya, berharap bahwa lulus melalui jalur prestasi akan membuat urusan biaya kuliah lebih mudah. Namun, kenyataannya berbeda.
Meskipun ada bantuan dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Siti tetap memilih mundur karena khawatir tidak mampu membayar untuk semester-semester berikutnya.
“Oke semester ini bisa dipenuhi, tapi bagaimana untuk semester-semester berikutnya. Abah tidak akan mampu. Jadi saya tetap memilih untuk mundur saja,” kata Siti, seperti dikutip dari laman Instagram undercover.id, Kamis (23/5).
Ketua Umum Apkasindo, Dr. Gulat Medali Emas, menyatakan harapannya agar Kementerian Pendidikan lebih peka terhadap situasi ini dan mengambil tindakan untuk membantu mahasiswa yang kesulitan membayar UKT.
Keputusan mahasiswa seperti Siti untuk mundur dari pendidikan tinggi menunjukkan perlunya intervensi lebih lanjut untuk memastikan bahwa pendidikan tinggi tetap terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.