Monitorday.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berhasil mencapai kesepakatan senilai Rp94,4 triliun dalam Forum Gas Bumi 2024 untuk gas bumi nasional.
Kesepakatan tersebut melibatkan penandatanganan dua Memorandum of Understanding (MoU) antara Husky-CNOOC Madura Ltd. dengan PT Pupuk Kujang serta Husky-CNOOC Madura Ltd. dengan PT Cikarang Listrindo Tbk.
Selain itu, satu Amandemen Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) antara EMP Bentu dengan PT Kilang Pertamina Internasional dan 27 PJGB lainnya turut ditandatangani.
“Diperlukan kesepahaman dari semua pihak untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan gas bumi. Saya berharap kontraktor kerja sama (KKKS) dan pembeli gas bumi dapat mendukung dan memiliki pandangan seragam terhadap strategi komersialisasi ini,” ujar Wakil Kepala SKK Migas, Shinta Damayanti, dalam acara Forum Gas Bumi 2024 di Bandung, dikutip Sabtu (22/6).
SKK Migas berkomitmen untuk meningkatkan produksi gas bumi guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui multiplier effect yang dihasilkan.
Namun, komitmen ini harus disertai dengan kepastian dalam komersialisasi potensi gas agar target produksi gas sebesar 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) dapat tercapai.
“Pasar gas bumi akan terbentuk hanya ketika ada kesepakatan dan konsensus antara pasokan dan kebutuhan,” tambahnya.
Shinta juga mengakui bahwa meskipun volume pemanfaatan gas untuk domestik selama 10 tahun terakhir tidak mengalami peningkatan signifikan, namun pada tahun 2023, kebutuhan gas bumi dalam negeri mencapai 4.075 BBtud, hanya naik kurang dari 10 persen dalam satu dekade.
Sesuai dengan target APBN tahun 2024, lifting gas bumi ditetapkan sebesar 5.785 MMSCFD. Hingga 19 Juni 2024, penyaluran gas bumi telah mencapai 5.305 MMSCFD atau sekitar 92 persen dari target APBN.
“Dengan kondisi ini, perencanaan yang matang diperlukan agar penyerapan gas bumi dapat dioptimalkan,” jelas Shinta.
SKK Migas mengusung strategi komersial PUSH dan PULL untuk meningkatkan komersialisasi gas bumi. Strategi PUSH bertujuan untuk mengirimkan gas ke pusat konsumsi melalui infrastruktur seperti pipa, kilang LNG skala kecil dan menengah, serta terminal regasifikasi.
Sementara strategi PULL ditujukan untuk mengembangkan kebutuhan di sekitar sumber gas bumi dengan membangun industri petrokimia, smelter, dan pembangkit listrik.
“Dengan dua strategi ini, kami berharap cadangan gas bumi yang ditemukan dapat diproduksi dan tersalurkan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan domestik,” pungkasnya.