MONITORDAY.COM – Ucapan Capres Anies Baswedan “Lebih baik minta maaf daripada minta izin” telah memancing persepi publik bahwa “Jika Anies meminta izin kepada Demokrat bahwa pasangan cawapres Anies adalah Cak Imin, Demokrat pasti tidak mengizinkan. Untuk itu, Anies cukup bilang minta maaf saja”
Aksi Anies ini berimplikasi pada elektabilitas. Hal ini diketahui dari Hasil survei LSI Denny JA memotret adanya penurunan elektabilitas Anies Baswedan secara signifikan. Jika pada Agustus tingkat keterpilihan Anies di angka 19,7 persen, pada September merosot menjadi 14,5 persen. Survei dilakukan pada 4-12 September 2023.
Artinya, Anies sudah mendeklarasikan diri akan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres ketika survei itu dilakukan.
Menurut temuan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, elektabilitas bakal calon presiden (bacapres) Anies Baswedan turun setelah ia mendeklarasikan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai pasangannya dalam Pemilu 2024. | Sumber: Databox
Kesepakatan pasangan Anies-Muhaimin memang mengejutkan. Ketika dideklarasikan di Surabaya awal September lalu, prosesnya memang sangat cepat. Itu yang lantas membuat Demokrat kesal dan memutuskan keluar dari koalisi penyokong Anies. Namun, realita politiknya adalah Anies resmi berpasangan dengan Muhaimin sebagai satu pasang capres-cawapres sekaligus didukung PKS.
Jika pada kemudian hari lembaga survei memotret elektabilitas Anies justru merosot sejak dipasangkan dengan Muhaimin, faktor penyebabnya pasti tidak tunggal. Duet Anies-Muhaimin memang seolah sedang membuat “uji coba” besar dengan format baru koalisi yang menggabungkan dua ideologi partai yang selama ini dianggap berseberangan, yakni PKB yang berbasis massa sebagian besar adalah Nahdliyin dan PKS di sisi lain.
PKB dengan PKS sebenarnya pernah satu perahu mendukung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Di kabinet SBY pun kedua partai itu berbagi kursi menteri. Tetapi, situasinya menjadi agak berbeda sekarang. Muhaimin menjadi “pengantin” dan didukung PKS. Sedangkan, Anies Baswedan adalah sosok yang lekat dengan gerakan Aksi Bela Islam 212 pada 2016 lalu.
Gerakan yang dikomandoi Habib Rizieq Shihab (HRS) itu harus diakui punya andil besar dalam dinamika Pilkada DKI 2017. Aksi berjilid-jilid saat itu diyakini sebagai faktor paling kuat dalam mengantarkan Anies duduk di kursi gubernur. Di sisi lain, hubungan NU dengan HRS memang tidak rukun. Puncaknya ketika Habib Rizieq secara terbuka menyebut Gus Dur “buta mata dan buta hati”. Itulah puncak kemarahan Nahdliyin, warga Nahdlatul Ulama (NU).
Anies dan Muhaimin juga hadir dalam momentum penting keluarga HRS beberapa hari lalu. Hadirnya Anies-Muhaimin dalam pernikahan putri Habib Rizieq itu menjadi isyarat kuat arah dukungan imam besar eks organisasi FPI tersebut dalam Pilpres 2024.