Monitorday.com – Saat ini media sosial berkembang secara pesat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Disadari atau tidak, media yang menyajikan segala kontennya hadir menjadi bagian hidup masyarakat.
Hal itu disampaikan Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam (STAIPI) Jakarta, Ustaz Jeje Zaenudin saat membuka pelatihan jurnalistik dan conten creator di aula STAIPI Jakarta, Cipayung, Jakarta Timur, Kamis (25/7).
Pelatihan terselenggara atas kerja sama PP Persis dan STAIPI Jakarta dengan Monday Media Group (MMG), Alodigi, dan Jamkrindo.
“Kita lihat, media sosial saat ini bukan lagi sebagai alat penyambung dan penyalur informasi, media sosial sudah bisa menjadi senjata perang. Betapa banyak orang yang terpengaruh dan menjadi pro ke Israel karena mendapat informasi di media sosial, begitu juga masyarakat dunia yang simpatik ke Palestina karena media,” kata Ustaz Jeje.
“Tidak jauh-jauh di masyarakat kita, perang informasi begitu masif di media sosial. Ini adalah bentuk perang wacana dan perang opini,” sambungnya.
Lebih jauh, Ketua Umum PP Persis ini melanjutkan bahwa tugas besar kaum muslimin adalah dakwah. Dakwah tentu bukan hanya tabligh (menyampaikan), tetapi bagaimana dapat memengaruhi dan mengubah perilaku seseorang menjadi pribadi lebih baik.
“Itulah yang disebut harakah at-taghyir. Dan perubahan itu dimulai dari perubahan opini, jika ingin mengubah opini orang menjadi baik, maka pasokan informasi juga harus informasi yang baik, begitupun sebaliknya,” tuturnya.
Menurut dia, pelatihan ini juga bagian dari literasi digital, karena masyarakat berada dalam dunia revolusi industri 5.0 yang mengharuskan bijak menggunakan media sosial.
“Tantangan yang kita hadapi, termasuk yang dihadapi Persis ke depan semakin tidak ringan. Oleh karena itu, dari sekarang kita harus menyiapkan kader muda yang mumpuni di bidang jurnalistik dan conten creator,” ungkapnya.
Pada kesempatan sama, Founder Monday Media Grup, Muchlas Rowi menyampaikan, era konvergensi media (new media) merupakan keniscayaan dari pesatnya perkembangan teknologi.
Semakin berkembangnya platform digital, media sosial, dan akses ke internet, masyarakat dituntut memilih dan memilah konten bernilai positif.
“Sebagai seorang muslim, maka langkah pertama yang harus kita lakukan ketika menerima informasi adalah dengan tabayyun (verifikasi). Kedua, tabayyun diperluas lagi maknanya menjadi kontra-narasi,” ujarnya.
Muchlas mengingatkan, saat ini masyarakat dibanjiri narasi berita di media sosial. Di antaranya narasi sensual, negatif, narasi positif, dan narasi religi.
“Kita hadir disini untuk bagaimana bersikap atas narasi yang kita terima setiap hari. Dalam dua hari ke depan, teman-teman akan diberikan ilmu yang sangat berharga dari para instruktur,” ujarnya.
Dengan memiliki ilmu, tambah Muchlas, setiap individu diharapkan mampu membangun narasi positif. “Buatlah konten dengan narasi yang memiliki ilmu literasi sangat mumpuni dan bermanfaat,” tuturnya.