Monitorday.com – Hamas mengumumkan bahwa Ismail Haniyah telah syahid akibat pembunuhan oleh ‘Israel’ di Teheran.
Mousa Abu Marzouq mengatakan pembunuhan tersebut adalah tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan begitu saja oleh Hamas.
Perlawanan Hamas tidak akan pernah padam dengan wafatnya Haniyah karena gerakan Hamas sudah berjalan secara sistematis.
Transformasi organisasi Hamas telah dilakukan secara matang sehingga tidak bergantung pada individu tertentu.
Sami Abu Zuhri menegaskan bahwa ‘Israel’ berusaha melumpuhkan Hamas dan mematahkan spirit rakyat Palestina.
Hamas adalah sebuah gagasan yang tidak akan berhenti meski pemimpinnya syahid.
Pembunuhan ini tidak akan menggeserkan Hamas dari tujuan mereka dan darah Haniyah meningkatkan tekad mereka.
Pada tahun 2004, meski pendiri Hamas gugur, kebijakan gerakan tidak berubah dan perlawanan terus dilakukan.
Perjuangan Hamas tidak kendor, bahkan mereka memenangkan pemilu Palestina 2006 yang mengejutkan ‘Israel’ dan Amerika Serikat.
Hamas hanya melihat dua pilihan: menyerah atau terus melawan untuk mencapai kemerdekaan.
Hamas terus memperkuat basis militernya hingga menjadi pasukan elit yang disegani pada Perang Al Furqan 2008-2009.
Wisam Afifah mengatakan upaya ‘Israel’ melumpuhkan Hamas justru memperkuat mereka baik secara militer maupun politik.
Hamas meningkatkan persenjataannya dalam tiga perang berikutnya, menunjukkan kemajuan dalam taktik dan kekuatan militer.
Pada Operasi Taufan Al Aqsha 2023, ‘Israel’ gagal menghancurkan Hamas dan perlawanan rakyat Palestina.
Hamas bertahan selama hampir 10 bulan meski ‘Israel’ merusak infrastruktur dan membunuh warga sipil di Gaza.
Operasi Taufan Al Aqsha mengubah geopolitik global, meningkatkan dukungan internasional untuk Palestina dan mengecam ‘Israel’.