Monitorday.com – Indonesia kini menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang punya kereta cepat. Hal ini setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara resmi memulai pengoprasian Kereta Cepat Jakarta-Bandung pada 2 Oktober lalu.
Kereta cepat yang dinamai Woosh ini, beroprasi setelah pembangunannya memakan waktu sekitar 7 tahun, serta menelan biaya US$ 7,2 miliar atau sekitar Rp 18,58 triliun.
Kondisi ini ternyata berbeda jauh dengan proyek kereta cepat yang digarap oleh negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Kedua negara ini sempat membangun proyek kereta cepat High-Speed Rail (HSR) yang menghubungkan Kuala Lumpur dengan Jurong.
Kereta cepat Malaysia-Singapura ini pertama kali diumumkan pada Februari 2013 dalam acara Singapore-Malaysia Leaders’ Retreat, oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
Namun proyek ini mulai dibiarkan mangkrak pada 2018 usai terjadi perubahan kepemimpinan di pemerintahan di Malaysia. Saat itu, Mahatir Muhammad yang menggantikan Najib Razak mengatakan bahwa proyek tersebut sama sekali tidak bermanfaat bagi Malaysia.
Terlebih biaya yang besar mencapai RM 110 miliar, sangat memebani APBN Malaysia, hingga akhirnya proyek tersebut dinyatakan berhenti setelah perjanjian HSR berakhir pada Desember 2020. Karena hal ini, Malaysia harus membayar biaya pembatalan proyek sebesar sebesar 102 juta dolar Singapura.
Namun belakangan, pada Juni 2023 lalu, pemerintah Malaysia menyatakan akan melanjutkan proyek kereta cepat yang sempat mangkrak. Karena tak ingin membebani APBN seperti sebelumnya, pihak Malaysia tengah mencari pihak swasta yang tertarik untuk berinvestasi dan melanjutkan proses pembangunan proyek tersebut.