Monitorday.com – Insinyur pertanian Enas Al-Ghoul di Gaza berhasil membuat perangkat desalinasi untuk menghasilkan air minum di tengah krisis air akibat serangan Israel.
Sejak Oktober lalu, tentara Israel dengan sengaja menghancurkan sumber air, sumur, waduk, dan pabrik desalinasi di Gaza.
Situasi ini menyebabkan kelangkaan air minum di seluruh Gaza, khususnya bagi warga yang mengungsi.
Al-Ghoul terinspirasi membuat alat ini setelah melihat sulitnya masyarakat menemukan air minum bersih.
Ia menyatakan bahwa banyak keluarga mengungsi dan tidak memiliki akses air, terutama di Gaza Utara.
Air tawar di Gaza menjadi sangat mahal, membuat warga harus antri berjam-jam untuk mendapatkan air.
Seorang pengungsi, Sa’ed Owdeh, menggambarkan beratnya cucunya membawa air minum dari tempat jauh.
Pengungsi lainnya terpaksa mengonsumsi air asin dan terkontaminasi untuk bertahan hidup.
UNRWA melaporkan sekitar 67 persen infrastruktur air Gaza hancur atau rusak akibat serangan Israel.
Kini hampir 2 juta warga Palestina mengungsi akibat pemboman dan pemindahan paksa.
Al-Ghoul menggunakan penyuling surya untuk mengubah air laut atau air tercemar menjadi air minum.
Prosesnya melibatkan kotak kayu dengan kaca dan kulit yang berlubang sebagai tempat masuk dan keluar air.
Air dipanaskan dengan energi matahari, diuapkan, lalu mengembun menjadi air bersih yang bisa diminum.
Setelah kondensasi, air melewati lapisan arang aktif untuk pemurnian lebih lanjut.
Ia menggunakan bahan sederhana seperti kayu dan kaca dari bangunan yang hancur untuk membangun perangkat.
Perangkat ini ringan dan mudah dibawa ke berbagai lokasi, seperti penampungan atau sekolah.
Menurut Al-Ghoul, proses ini menghasilkan air yang 100% bersih dan aman diminum.
Perangkat desalinasi ini dapat dipasang di tempat-tempat strategis sesuai kebutuhan.
Daerah pesisir Gaza mengalami krisis air parah akibat kerusakan fasilitas desalinasi dan kekurangan listrik.
Banyak pengungsi memuji perangkat Al-Ghoul yang membantu menyediakan air bersih.
Al-Ghoul berharap perangkat ini diterapkan luas di seluruh Gaza, terutama di daerah-daerah yang kekurangan air.
Spesialis air Oxfam, Lama Abdel Samad, menyebut krisis ini sebagai bentuk hukuman kolektif.
Israel telah lama merampas akses air bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza.
Hanya 4% warga Gaza yang punya akses ke air bersih sebelum serangan besar-besaran Israel pada Oktober lalu.