News
Mendikdasmen Abdul Mu’ti, Sosok Merakyat dan Humoris
Published
1 week agoon
By
Natsir AmirMonitorday.com – Prof. Abdul Mu’ti adalah sosok Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) yang benar-benar merakyat dan rendah hati. Berbeda dengan kebanyakan pejabat yang sering kali tampak terpisah dari masyarakat, Prof Mu’ti selalu berusaha dekat dengan rakyat, terutama dengan para guru dan mahasiswa.
Gaya kepemimpinan Prof Mu’ti yang tidak elitis terlihat jelas dalam setiap tindakannya. ketika bertemu masyarakat, bahkan di tengah kerumunan, Prof. Mu’ti sering kali terlihat berbicara langsung, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan berbagi senyum. Pendekatan ini membuatnya sangat dihormati, karena tidak ada jarak antara pejabat dengan rakyat yang dilayaninya.
Salah satu hal yang menonjol dari Prof. Mu’ti adalah kemampuannya dalam menggunakan humor untuk mendekatkan diri dengan orang lain. Ia seringkali membagikan pantun-pantun lucu yang disesuaikan dengan situasi, baik dalam acara formal maupun informal.
Humor ini, selain mencairkan suasana, juga memperlihatkan sisi humanis beliau yang membuat siapapun merasa nyaman dan dihargai. Prof. Mu’ti tahu betul bagaimana membuat orang lain merasa diterima dan dihargai, sebuah kualitas yang sangat penting dalam kepemimpinan pendidikan.
Sebagai seorang akademisi dan praktisi pendidikan, Prof. Mu’ti selalu menekankan pentingnya pendidikan yang menyenangkan, bukan sebagai beban. Hal ini tercermin dalam caranya mengajar, baik ketika menjadi pengajar di kampus maupun ketika berbicara kepada publik. Prof selalu mendorong mahasiswa untuk menikmati proses belajar dan tidak merasa tertekan oleh tuntutan akademik. Ini adalah salah satu alasan mengapa banyak mahasiswa yang merasa terinspirasi, karena cara Prof Mu’ti memandang pendidikan sebagai sarana untuk memperluas wawasan, bukan sekadar mencapai nilai atau gelar.
Prof Mu’ti, Dosen AIK di Program Pasca Sarjana UHAMKA
Selama mengajar di mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyaan, saya pribadi sangat terkesan dengan cara Prof. Mu’ti menyampaikan materi. Ia tidak hanya mengandalkan teori, tetapi juga mengajak mahasiswa untuk berpikir kritis dan mendalam tentang berbagai isu sosial dan keagamaan. Salah satu ciri khas dari beliau adalah kesediaannya untuk menerima perdebatan dan diskusi.
Menurut Prof. Mu’ti, pemikiran mahasiswa sangat penting dalam memahami dinamika sosial yang terus berkembang, dan dengan berdiskusi, mahasiswa dapat memperkaya perspektif mereka.
Menariknya, Prof. Mu’ti justru memberikan penghargaan lebih kepada mahasiswa yang berani berdebat dengan nya. Hal ini bukan berarti Ia tidak setuju dengan mahasiswa, tetapi lebih kepada keyakinannya bahwa perdebatan yang sehat dapat membuka pintu pemahaman yang lebih dalam. Prof Mu’ti pun sering mengatakan bahwa pendidikan yang terbaik bukanlah yang diberikan secara satu arah, tetapi yang melibatkan interaksi aktif antara pengajar dan mahasiswa.
Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya menerima ilmu, tetapi juga diajak untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan analitis mereka.
Hubungi jadi Narsum via WA (pesan singkat) di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UMC
Pada suatu ketika, saat saya tengah mencari narasumber untuk konferensi internasional Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), saya memutuskan untuk menghubungi Prof. Mu’ti melalui pesan singkat di WhatsApp. Betapa terkejutnya saya ketika Prof Mu’ti, membalas pesan saya. Tidak hanya memberikan respons yang ramah, Prof Mu’ti juga langsung menyatakan kesediaannya untuk membuka acara tersebut. Bagi saya, ini adalah sebuah kehormatan besar, mengingat kesibukannya sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu.
Yang lebih mengejutkan lagi, Prof. Mu’ti tidak hanya merespons dengan cepat, tetapi Prof Mu’ti juga menunjukkan kenangan yang begitu kuat terhadap saya. Dalam pesan balasan, Prof Mu’ti menyebutkan bahwa Ia masih ingat saya sebagai mahasiswa di UHAMKA serta aktivis Muhammadiyah di Maluku Utara yang kini pindah ke Cirebon. Hal ini membuat saya merasa terkesan dan tersentuh, karena meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, Ia masih mengenali saya dan memperhatikan perjalanan hidup saya, baik sebagai mahasiswa maupun sebagai bagian dari organisasi Muhammadiyah.
Saya pun membalas pesan Prof Mu’ti dengan rasa terima kasih yang mendalam atas kesediaannya untuk membuka acara di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UMC. Bagi saya, kehadiran Prof. Mu’ti sebagai narasumber tentu akan memberikan nilai tambah yang sangat berarti bagi, baik dalam hal akademik maupun dalam membangun semangat kebersamaan dalam menjalankan visi Muhammadiyah.
Deep Learning
Pendekatan ini juga sejalan dengan pandangan Prof. Mu’ti tentang konsep deep learning dalam pendidikan. Ia mendorong penerapan metode pembelajaran yang tidak sekadar menghafal informasi, tetapi yang mendorong siswa untuk benar-benar memahami konsep, menganalisisnya, dan mengaplikasikannya dalam konteks kehidupan nyata. Dengan metode deep learning, siswa diharapkan dapat menggali makna yang lebih dalam dari setiap pelajaran dan menjadi individu yang mampu berpikir mandiri, bukan hanya sekadar penghafal.
Di balik gaya kepemimpinan yang santai dan penuh kehangatan, Prof. Mu’ti juga menunjukkan ketegasan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pendidikan yang berpihak pada kebutuhan nyata masyarakat.
Sebagai Menteri Pendidikan, Ia berkomitmen untuk membuat sistem pendidikan Indonesia lebih inklusif, merata, dan relevan dengan perkembangan zaman. Dia pun tidak hanya berfokus pada perubahan kurikulum, tetapi juga pada penguatan kualitas pendidikan di daerah-daerah yang masih tertinggal.
Prof. Mu’ti benar-benar menjadikan pendidikan sebagai alat untuk pemberdayaan masyarakat. Dengan prinsip-prinsip yang ia junjung tinggi, seperti keterbukaan, kebersamaan, dan dialog, beliau menginspirasi banyak orang untuk melihat pendidikan bukan sebagai sebuah beban, tetapi sebagai jalan untuk menciptakan perubahan positif dalam kehidupan pribadi dan sosial. Kepemimpinan beliau yang merakyat dan filosofi pendidikannya yang humanis menjadi teladan bagi generasi muda dan tenaga pendidik di Indonesia.
Sosok yang Tidak Elitis, Protokolernya Rakyat bukan ADC yang berlebihan
Selain itu, terkadang, tim protokoler menteri memang bisa bertindak berlebihan dalam melindungi atau menjaga jarak antara menteri dan masyarakat. Mereka cenderung membuat menteri seolah-olah berada di atas segalanya, bahkan terkadang memandang interaksi langsung dengan rakyat sebagai sesuatu yang harus dihindari. Hal ini terlihat dari sikap berlebihan dalam membatasi akses atau interaksi antara menteri dan masyarakat, yang pada akhirnya menciptakan jarak sosial yang tidak perlu.
Padahal, di dunia pemerintahan yang ideal, kedekatan antara pejabat publik dengan rakyat adalah hal yang sangat penting, karena menteri pada dasarnya adalah pelayan publik yang seharusnya mudah diakses dan dapat merasakan langsung kebutuhan serta keluhan masyarakat.
Berbeda dengan beberapa menteri yang lebih memilih untuk menjaga jarak dengan publik, Prof Mu’ti justru dikenal sebagai sosok yang lebih merakyat. Sejak awal menjabat, beliau menunjukkan sikap yang tidak elitis dan lebih terbuka terhadap masyarakat.
Prof. Mu’ti tidak merasa risih untuk naik KRL (Kereta Rel Listrik) atau makan di kantin bersama staf Kemendikdasmen. Hal ini bukan hanya menunjukkan kedekatannya dengan masyarakat, tetapi juga memberi contoh kepada pejabat lain bahwa jabatan publik bukanlah sesuatu yang perlu disikapi dengan kesombongan atau merasa terpisah dari rakyat.
Sikap rendah hati dan keterbukaan Prof. Mu’ti ini menjadi cerminan bahwa jabatan dalam pemerintahan sejatinya hanyalah urusan duniawi yang tidak perlu disertai dengan rasa superioritas.
Prof Mu’ti selalu menekankan pentingnya pemimpin yang bersedia mendengarkan suara rakyat, bukan hanya duduk di posisi yang tinggi dan tidak terjangkau. Dengan sering berinteraksi langsung dengan masyarakat, ia pun bisa lebih memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan, serta dapat merancang kebijakan yang lebih relevan dan aplikatif bagi mereka yang membutuhkan.
Tidak sedikit masyarakat yang merasa terinspirasi dengan gaya kepemimpinan seperti ini. Prof. Mu’ti mengajarkan kita bahwa jabatan yang diberikan adalah amanah yang harus dijalankan dengan hati-hati, tanpa perlu merasa terpisah dari rakyat.
Kedekatan dengan rakyat jauh lebih penting daripada menjaga jarak yang justru bisa menumbuhkan rasa ketidakpedulian terhadap kebutuhan mereka.
M. Natsir Amir
Penikmat Filsafat Cinta