News
Presiden Prabowo, Little Soekarno yang Prihatin dengan Dunia Islam
Published
27 minutes agoon
By
Natsir AmirMonitorday.com – Di tengah hegemoni dunia yang terus bergulir, Prabowo Subianto, seorang figur yang dikenal dengan sikapnya yang tegas, mengungkapkan kekesalan yang mendalam terhadap ketidakadilan yang menimpa negara-negara Muslim.
Dalam pandangannya, seperti juga yang pernah dikatakan oleh Soekarno, bangsa-bangsa Muslim seharusnya berdiri tegak dan bersatu, bukan terpecah belah dalam perpecahan yang tiada ujungnya.
Konflik yang berkepanjangan di Suriah, Yaman, Irak, dan Sudan menggambarkan penderitaan yang terabaikan oleh dunia internasional, yang seolah tak peduli. Di mana peran solidaritas dan kebersamaan dalam menjaga hak asasi manusia bagi umat Islam?
Kita sering mendengar seruan-seruan moral dari forum-forum internasional, tetapi semuanya hanya sebatas wacana tanpa tindakan nyata. PBB, dengan segala struktur dan mekanismenya, lebih sering menjadi tempat deklarasi kosong yang mengutuk kekerasan, namun tetap membiarkan pelanggaran hak asasi manusia berlanjut tanpa sanksi berarti.
Dunia Islam, yang seharusnya bersatu dalam menghadapi tantangan global, malah terjebak dalam konflik internal yang tak kunjung selesai, disebabkan oleh kepentingan politik, sektarianisme, dan campur tangan kekuatan besar.
Apa yang terjadi di Suriah, Yaman, dan Irak bukanlah sekadar angka statistik atau laporan peristiwa tragis. Di balik itu ada ribuan cerita tentang keluarga yang terpisah, anak-anak yang kehilangan masa depan, serta kehidupan yang dihancurkan oleh perang. Hanya segelintir orang yang peduli, sementara dunia yang lebih besar hanya mengutuk dan berjanji untuk bertindak, namun nyatanya tidak ada perubahan signifikan yang terjadi. Negara-negara besar dan organisasi internasional cenderung mengabaikan kesulitan umat Islam, seolah-olah penderitaan mereka bukan prioritas utama.
Kenyataan pahit ini seolah menunjukkan bahwa dalam dunia internasional, hak asasi manusia memiliki sekat-sekat yang tidak terlihat. Negara-negara yang memiliki kekuatan besar seringkali tidak merasa terdorong untuk bertindak tegas dalam menangani pelanggaran yang terjadi di dunia Muslim. Palestina, yang menjadi simbol perlawanan bagi bangsa-bangsa Muslim, masih terperangkap dalam cengkeraman Israel. Meski telah berpuluh tahun dunia menyerukan kebebasan Palestina, hingga kini, aspirasi tersebut belum terwujud dalam bentuk negara yang merdeka dan dihormati di kancah internasional.
Keprihatinan Prabowo terhadap sikap dunia internasional yang terkesan ‘tebar wacana’ ini merujuk pada pengabaian solidaritas sejati. Ia memandang bahwa dunia Muslim perlu menunjukkan keteguhan dan keberanian untuk memperjuangkan hak-haknya sendiri, tanpa bergantung pada belas kasihan negara-negara besar. Negara-negara Muslim, menurutnya, harus bangkit dari keterpecahan dan menjalin solidaritas yang lebih kuat, bukan hanya sebatas kata-kata, tetapi dalam tindakan yang nyata.
Prabowo, dengan latar belakang militernya, menyadari bahwa dunia ini kadang tidak peduli dengan yang lemah, apalagi negara yang terpuruk akibat konflik berkepanjangan. Namun, ia juga percaya bahwa kekuatan sejati tidak hanya terletak pada senjata atau kekuasaan, tetapi pada persatuan dan tekad. Melalui visi tersebut, ia mengajak dunia untuk membuka mata terhadap penderitaan yang tidak terlihat, untuk memahami bahwa dunia Muslim bukanlah kumpulan negara-negara yang hanya bisa berdiam diri dalam keterpurukan.
Dalam konteks ini, Indonesia, yang merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar, seharusnya menjadi pionir dalam memperjuangkan hak-hak bangsa-bangsa Muslim di dunia internasional. Sebagai negara yang pernah merasakan perjuangan kemerdekaan, Indonesia bisa memberikan teladan dalam memperjuangkan kebebasan dan kedaulatan negara-negara Muslim. Untuk itu, negara-negara seperti Palestina harus mendapatkan dukungan yang lebih kuat, tidak hanya dalam bentuk simpati, tetapi juga dalam bentuk tindakan konkret untuk mewujudkan kebebasan yang selama ini ditunggu-tunggu.
Akhirnya, suara Prabowo adalah seruan bagi kesadaran kolektif umat Muslim di dunia. Ini bukanlah hanya soal politik, tetapi soal kemanusiaan dan keadilan yang sering kali terpinggirkan. Dunia internasional mungkin telah melupakan kita, tetapi kita tidak boleh melupakan diri kita sendiri. Solidaritas bukanlah kata yang hanya diucapkan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata, dengan membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel, dan menjadikan dunia Islam tempat yang lebih adil dan bermartabat.