Rasulullah Muhammad Salallahu ‘alaihi wa sallam dikenal memiliki sahabat-sahabat yang luar biasa, yang dengan semangatnya mempertahankan Islam. Salah satu sahabat yang mencolok adalah Hanzhalah Bin Amir, seorang pemuda pemberani. Mari kita menyimak kisah inspiratif Hanzhalah Bin Amir ini.
Ketika perang merebak di Madinah, pasukan Muslim bersiap menghadapi ancaman dari Pasukan Abu Sofyan. Hanzhalah Bin Amir tahu bahwa perang Uhud akan dimulai esok pagi, namun malam sebelumnya dia melakukan pernikahan dengan Jamilah. Keputusan ini mungkin tampak tidak wajar, mengingat dia akan bertarung demi Islam dalam beberapa jam. Namun, dengan niat untuk membahagiakan isterinya, Hanzhalah meminta izin kepada Rasulullah untuk bermalam bersamanya.
Meskipun tidak yakin apakah ini awal atau akhir pernikahannya, Rasulullah akhirnya memberi izin kepada Hanzhalah untuk bermalam dengan isteri barunya. Sebagai pasangan pengantin baru, Hanzhalah dan Jamilah menghabiskan malam mereka dengan penuh cinta dan sukacita. Malam itu sempurna bagi Hanzhalah, karena dia telah menikahi wanita yang dicintainya.
Namun, ketika fajar datang, panggilan perang memecah hening malam Madinah. Suara perang semakin keras, dan Pasukan Abu Sofyan bersiap menyerang. Tanpa ragu, Hanzhalah melepaskan Jamilah dan bersiap untuk pergi berperang. Jamilah, yang sadar akan panggilan perang suaminya, juga bergabung dengan mereka sambil berdoa kepada Allah.
Hanzhalah pergi berperang dalam keadaan junub, tanpa mandi wajib. Namun, dia tidak kehilangan semangat. Dia bergabung dengan Pasukan Rasulullah dalam perang Uhud. Rasulullah memerintahkan mereka untuk bertahan sebaik mungkin, menghalau serangan musuh, dan menjaga posisi mereka. Namun, pasukan pemanah turun dari perbukitan untuk mengumpulkan harta rampasan, melupakan tugas utama mereka.
Akibatnya, pasukan Muslim kehilangan pengawasan di beberapa sektor, dan mereka tidak menyadari serangan mendadak dari arah belakang. Pasukan Muslim terpojok, tetapi mereka berusaha keras melindungi Rasulullah agar tidak terluka. Bahkan wanita seperti Nuzaibah Binti Ka’ab ikut berperan dalam perlindungan Rasulullah. Sementara itu, Hanzhalah Bin Amir memotong banyak musuh Quraisy dengan penuh semangat.
Di tengah pertempuran, mata Hanzhalah bertemu dengan mata Abu Sofyan, yang kemudian terlibat dalam pertarungan satu lawan satu. Hanzhalah berhasil melukai kaki kuda Abu Sofyan, membuatnya jatuh. Namun, segerombolan musuh Quraisy mendekat dan menyerang Hanzhalah. Dalam kondisi terluka parah, Hanzhalah akhirnya gugur di medan perang.
Setelah pertempuran, para sahabat mencari dan menghitung korban. Mereka menemukan tubuh Hanzhalah terbujur di medan perang. Saat mereka memperhatikan, tubuhnya terangkat dan air mulai mengalir dari tubuhnya. Rasulullah menjelaskan bahwa Malaikat telah memandikan jasad Hanzhalah dengan air awan dalam bejana perak.
Kisah Hanzhalah Bin Amir mengingatkan kita bahwa berjuang di jalan Allah lebih mulia daripada kenikmatan dunia. Perjuangan Hanzhalah yang luar biasa, dari meninggalkan isteri yang baru dinikahinya untuk berjihad dalam keadaan junub, adalah contoh nyata kesetiaan dan pengabdian kepada Islam. Semoga Hanzhalah Bin Amir dapat dipertemukan kembali dengan perempuan yang dicintainya di surga.