Monitorday.com -Menjelang tahun pemilu 2024, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan agar cara berpolitik masyarakat Indonesia di tahun politik menjadi lebih cerdas dan naik kelas.
“Ke depan cara berpolitik kita naik sedikit menjadi lebih cerdas. Gagasannya (dari para calon) apa, programnya apa, kemudian track record dan integritasnya,” kata Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis, dalam keterangannya Rabu (11/10).
Kiai Cholil, begitu dia akrab disapa, mengatakan bahwa saat ini masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi bagaimana kinerja dari para calon pemimpin selamat menjabat.
Selain itu masyarakat juga dapat memantau bagaimana komitmen kebangsaan dari para Capres. “Silakan dipilih sesuai kemauannya, tidak usah sampai bermusuhan,” kata dia kembali menegaskan.
Lebih lanjut, Kiai Cholil menyatakan dalam berpolitik diskusi dan berbantah-bantahan dalam berargumen adalah hal biasa. Justru tambahnya, bila tidak ada adu argumen bukan politik namanya. “Kalau diam saja, itu bukan politik, itu pasti Jumatan,” ujarnya dia.
Kiai Cholil juga menekankan bahwa agama tidak boleh menjadi alat untuk menghadang dan menghalangi-halangi kandidat lain. Bahwa memilih berdasarkan petunjuk agama itu boleh, akan tetapi, jelasnya, agama tidak boleh dijadikan alat merendahkan dan menghina calon lain.
“Memilih (calon pemimpin) itu ibadah dan ada pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, tapi jangan dipakai agama ini untuk menafikan dan merendahkan yang lain,” kata Pengasuh Pesantren Cendikia Amanah, Depok Jawa Barat ini.
“Sama halnya seperti bapak ibu sekalian boleh bilang suaminya paling ganteng, istrinya paling cantik, tapi tidak boleh bilang istri orang lain itu jelek,” tambahnya.
“Jangan bawa-bawa agama untuk menjatuhkan lawan, tapi bawa agama ketika hendak memilih salah satu calon sehingga apa yang kita lakukan bernilai ibadah di sisi Allah SWT,” demikian Kiai Cholil.