Connect with us

Review

Korupsi dan Ketidakadilan: Luka Bangsa yang Tak Kunjung Sembuh

Korupsi di pemerintahan menghancurkan kepercayaan publik, memaksa rakyat kecil berjuang, dan memicu brain drain generasi emas. Reformasi birokrasi tegas menjadi kunci perubahan.

Natsir Amir

Published

on

Monitorday.com – Korupsi di tubuh pemerintahan menjadi ironi yang terus menyesakkan dada rakyat kecil. Ketika pejabat dengan gaji fantastis memilih memperkaya diri secara ilegal, rakyat hanya bisa gigit jari menanti janji-janji kosong yang tak pernah terealisasi. Fenomena ini tak hanya sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga bentuk pengkhianatan moral yang menggerogoti kepercayaan publik terhadap sistem pemerintahan.

Para koruptor, yang notabene berasal dari kalangan terdidik dan keluarga terpandang, seharusnya menjadi panutan. Namun, kenyataan berkata lain. Mereka justru menjadi pelaku utama dalam perampokan uang rakyat yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan bersama. Gaji besar, fasilitas mewah, hingga jaminan masa depan tak mampu memadamkan kerakusan yang berakar pada mentalitas korup. Jika mereka yang seharusnya menjaga amanah justru mengkhianati kepercayaan rakyat, kepada siapa lagi masyarakat bisa berharap?

Rakyat kecil menjadi korban yang tak berdaya. Mereka yang bekerja keras dari pagi hingga malam hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus rela melihat uang pajak yang dibayarkan dengan susah payah diselewengkan untuk kepentingan pribadi segelintir orang. Ironi ini semakin menyakitkan ketika banyak warga Indonesia terpaksa mengadu nasib ke luar negeri sebagai pekerja kasar demi mendapatkan penghidupan yang layak. Sementara di dalam negeri, kesempatan kerja seolah hanya tersedia bagi mereka yang memiliki koneksi dan kedekatan dengan para penguasa.

Kondisi ini menumbuhkan rasa frustrasi di kalangan masyarakat. Tak heran jika muncul candaan bernada getir yang menyebut bahwa pemimpin otoriter seperti Kim Jong Un lebih dibutuhkan untuk memberantas koruptor. Meski terdengar sarkastik, pernyataan ini mencerminkan keputusasaan rakyat terhadap sistem hukum yang terkesan tebang pilih dan penuh kompromi. Penegakan hukum yang lemah semakin memperpanjang daftar koruptor yang bebas berkeliaran tanpa rasa malu.

Korupsi bukan hanya kejahatan ekonomi, tetapi juga penghancur harapan. Anak-anak bangsa yang cerdas dan berprestasi pun memilih hengkang ke luar negeri, bukan karena tidak cinta tanah air, tetapi karena merasa tidak dihargai di negeri sendiri. Sistem yang penuh nepotisme dan kolusi menutup rapat peluang bagi mereka yang tidak memiliki koneksi. Fenomena brain drain ini menjadi alarm keras bahwa bangsa ini sedang kehilangan generasi emasnya akibat kerakusan segelintir orang.

Sampai kapan negeri ini bisa bersih dari koruptor? Pertanyaan ini terus menggema tanpa jawaban pasti. Reformasi birokrasi, penguatan lembaga antikorupsi, hingga transparansi anggaran seringkali hanya menjadi jargon tanpa dampak nyata. Perubahan hanya bisa terjadi jika ada kemauan politik yang kuat, didukung oleh penegakan hukum yang tegas dan tanpa pandang bulu. Mentalitas korup harus diberantas sejak dini, mulai dari pendidikan karakter di sekolah hingga budaya transparansi di setiap lini pemerintahan.

Korupsi bukan sekadar penyakit, melainkan kanker yang menggerogoti masa depan bangsa. Jika tidak segera ditangani dengan serius, maka luka ini akan terus membusuk dan menghancurkan mimpi-mimpi anak bangsa. Harapan untuk Indonesia yang bersih dari korupsi bukanlah utopia, melainkan tanggung jawab bersama yang harus diperjuangkan tanpa lelah. Rakyat menunggu, keadilan harus ditegakkan, dan para koruptor harus diberi hukuman setimpal agar mereka jera dan kepercayaan publik bisa kembali pulih.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Monitor Saham BUMN



Infografis6 minutes ago

Sistem Penerimaan Murid Baru 2025-2026

Sportechment52 minutes ago

Piala FA: Pemain Diizinkan Berbuka Puasa di Tengah Laga

News2 hours ago

Rumah Zakat Gelar Silaturahmi dengan Ketua Umum PP. Muhammadiyah

Review2 hours ago

Korupsi dan Ketidakadilan: Luka Bangsa yang Tak Kunjung Sembuh

Review3 hours ago

Korupsi Energi: Pertamina dalam Pusaran Pengkhianatan

News4 hours ago

Sempurnakan P5, Mendikdasmen Bakal Luncurkan P7 Untuk Kuatkan Karakter Siswa

News6 hours ago

Shalat Tarawih Pertama, Ribuan Jamaah Padati Masjid Istiqlal

News8 hours ago

Luar Biasa! Kota London Pasang Berbagai Asesoris Sambut Ramadhan

News10 hours ago

Beda dengan Indonesia, Negara Asia Tenggara Mulai Puasa 2 Maret

News12 hours ago

Kemenag Hadirkan Terjemahan Al Qur’an Versi 30 Bahasa Daerah

News12 hours ago

Debat Sengit di Gedung Putih: Trump Usir Zelensky, Kesepakatan Ukraina-AS Batal

News20 hours ago

Kemenag-Garuda Indonesia Teken MoU Penerbangan Jemaah dan Petugas Haji

Sportechment20 hours ago

Keren! Mario Aji Cetak Sejarah di Moto2 Thailand

News21 hours ago

Kementerian ESDM Wajibkan Kontrak Ekspor Batu Bara Gunakan HBA

Sportechment21 hours ago

Bangun Musala di Rumah, Ivan Gunawan Ajak Teman-teman Salat Tarawih

News21 hours ago

Puncak Peringatan HBII 2025: Mendikdasmen Soroti Pentingnya Bahasa Daerah dalam Pendidikan

News21 hours ago

Jelang Puasa dan Lebaran, Pemerintah Beri Diskon Tiket Pesawat – Tarif Tol

Ruang Sujud22 hours ago

Keutamaan Bulan Ramadhan Menurut Para Ulama

Sportechment22 hours ago

Kapan Timnas Indonesia OTW Australia? Simak Jadwalnya

News22 hours ago

ICC Batalkan Surat Perintah Penangkapan Pemimpin Hamas Mohammed Deif, Apa Alasannya?