Kisah ini dimulai ketika Rasulullah Muhammad SAW bersiap untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah. Shuhaib bin Sinan, seorang lelaki yang ingin mengikuti Rasulullah dalam hijrah ini, memutuskan untuk bergabung. Rasulullah dan Abu Bakar menerimanya dengan baik.
Namun, rencana hijrah mereka menjadi sorotan bagi orang-orang musyrik Mekkah, yang berusaha menghentikan mereka. Mereka menyusun strategi dan menjebak para pengikut Rasulullah.
Saat Rasulullah dan Abu Bakar berhasil melewati rintangan dan menuju Madinah, Shuhaib terjebak dalam perangkap musyrik. Di tengah tekanan dan ancaman yang dia hadapi, Shuhaib menemukan jalan keluar yang luar biasa. Dengan kepintarannya, ia berhasil melarikan diri dengan seekor unta dan berlari menuju Madinah.
Musuh-musuhnya tidak mau kalah, dan mereka mengejar Shuhaib dengan pasukan pemburu terlatih. Shuhaib mempertimbangkan situasi dan kemungkinan kalah dalam pertarungan. Dengan kecerdasannya, ia menawarkan untuk menunjukkan tempat penyimpanan harta bendanya kepada musuhnya asalkan mereka membiarkannya pergi.
Tawaran Shuhaib diterima, dan dia mengungkapkan tempat penyimpanan harta yang telah dia kumpulkan selama ini. Setelah itu, dia dibiarkan untuk melanjutkan perjalanan dan akhirnya bergabung dengan Rasulullah dan Abu Bakar di Quba.
Rasulullah menyambut kedatangan Shuhaib dengan sukacita dan memberinya gelar “Abu Yahya.” Pada saat yang sama, ayat Al-Qur’an turun untuk memuji pengorbanan Shuhaib dalam berhijrah.
Shuhaib adalah seorang sahabat yang istiqamah dan penuh dengan kebaikan. Dia dikenal sebagai orang yang murah hati dan dermawan. Segala penghasilan yang dia peroleh dari bisnisnya disalurkan kepada orang-orang miskin dan diberikan kepada yang berhak.
Tindakan dermawannya ini didukung oleh firman Rasulullah yang menyatakan bahwa “Sebaik-baik kalian adalah yang suka memberi makanan.” Shuhaib adalah contoh yang baik dalam menjaga amanah harta benda dan memastikan bahwa mereka yang membutuhkan mendapatkannya.
Kisah Shuhaib tidak hanya mencakup hijrahnya ke Madinah, tetapi juga melibatkan perjuangan dan dedikasinya dalam mendukung Rasulullah dalam berbagai pertempuran dan perjuangan. Dia selalu bersama Rasulullah, baik di awal-awal Islam maupun di masa-masa terakhir, siap untuk berjuang dan membela umat Islam.
Ketika Khalifah Umar bin Khattab menghadapi sakaratul maut, dia memilih Shuhaib untuk memimpin shalat berjamaah hingga penunjukan khalifah baru. Umar menunjuk Shuhaib karena dia telah membuktikan diri sebagai sahabat yang istiqamah, takwa, dan setia dalam menjaga amanah harta. Shuhaib bin Sinan adalah contoh nyata keimanan dan dedikasi dalam mendukung agama Islam dan Rasulullah SAW.