Monitorday.com – Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah salah satu ajaran inti dalam Islam yang mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an dan hadis Nabi. Tak hanya sebagai adab sosial, birrul walidain merupakan ibadah yang memiliki nilai tinggi dalam pandangan Allah. Bahkan, dalam beberapa ayat, perintah untuk berbakti kepada orang tua disandingkan langsung dengan perintah mentauhidkan Allah. Ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan orang tua dalam Islam dan bagaimana birrul walidain menjadi jalan utama menuju ridha Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an, terdapat banyak ayat yang menjelaskan tentang kewajiban dan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua. Salah satunya adalah firman Allah dalam Surah Al-Isra ayat 23:
> “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Ayat ini sangat tegas. Allah melarang bahkan perkataan sekecil “ah” yang menunjukkan rasa kesal atau tidak hormat kepada orang tua. Ini menjadi dasar penting bahwa dalam Islam, bakti kepada orang tua bukan hanya dalam bentuk fisik dan materi, tetapi juga dalam adab, tutur kata, dan perasaan.
Lebih lanjut, Surah Luqman ayat 14-15 juga memberikan panduan yang jelas:
> “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu; hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Ayat ini menekankan betapa besar pengorbanan orang tua, khususnya ibu. Mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan adalah proses penuh perjuangan. Maka, wajar jika Allah menuntut balasan berupa bakti, hormat, dan cinta yang tulus dari anak-anak mereka.
Dari sisi hadis, Rasulullah SAW juga banyak memberikan penekanan tentang pentingnya birrul walidain. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah ditanya oleh sahabat:
> “Wahai Rasulullah, amal apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, “Shalat tepat pada waktunya.” Ia bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.”
Hadis ini menunjukkan bahwa birrul walidain berada di urutan kedua setelah shalat dalam hal amal yang paling dicintai Allah. Ini menegaskan bahwa ibadah vertikal harus diiringi dengan ibadah horizontal, salah satunya adalah terhadap orang tua.
Dalam hadis lain, Rasulullah juga menjelaskan bahwa dosa durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar. Dalam riwayat Ibnu Majah, Rasulullah SAW bersabda:
> “Maukah kalian aku kabarkan dosa besar yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”
Ini adalah peringatan keras. Seorang Muslim tidak hanya harus menjaga akidahnya dari syirik, tetapi juga menjaga akhlaknya terhadap orang tua agar tidak jatuh ke dalam dosa durhaka. Bahkan jika orang tua bukan Muslim, Islam tetap memerintahkan anaknya untuk memperlakukan mereka dengan baik selama tidak diperintah melakukan maksiat.
Birrul walidain juga menjadi salah satu sebab seseorang masuk surga. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:
> “Celaka seseorang, celaka seseorang, celaka seseorang.” Lalu para sahabat bertanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya dalam usia lanjut, namun ia tidak masuk surga (karena tidak memanfaatkannya untuk berbakti).” (HR. Muslim)
Hadis ini menggambarkan bahwa kehadiran orang tua di masa tua adalah ladang amal yang luas. Siapa yang menyia-nyiakan kesempatan itu, ia adalah orang yang merugi.
Dalam praktiknya, birrul walidain bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bagi yang masih tinggal bersama orang tua, bentuknya bisa berupa membantu kebutuhan harian, memperlakukan mereka dengan lembut, dan menuruti keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan syariat. Bagi yang sudah hidup terpisah atau orang tuanya telah tiada, birrul walidain tetap bisa dilakukan melalui doa, sedekah atas nama mereka, menjaga silaturahmi dengan kerabat mereka, dan meneruskan cita-cita baik mereka.
Ulama seperti Imam Nawawi menyebutkan bahwa birrul walidain merupakan kewajiban sepanjang hayat. Bahkan setelah wafat pun, anak masih bisa berbakti dengan memperbanyak doa dan amal jariyah atas nama orang tua.
Kesimpulannya, birrul walidain bukan hanya ajaran moral, tapi merupakan kewajiban syar’i yang berperan besar dalam menentukan arah hidup seseorang di dunia dan akhirat. Al-Qur’an dan hadis Nabi memberikan panduan yang sangat jelas dan tegas akan hal ini. Maka, selama orang tua masih ada, mari kita rawat mereka dengan sepenuh hati. Dan jika mereka telah tiada, jangan pernah lelah mendoakan dan menghormati mereka melalui amal-amal terbaik.