Monitorday.com – Ancaman hibrida yang muncul di era modern saat ini mencakup penggunaan kombinasi kekuatan militer, politik, ekonomi, informasi, dan faktor-faktor non-militer lainnya. Ancaman ini dilancarkan untuk menciptakan kekacauan, mempengaruhi opini publik, serta merusak stabilitas keamanan suatu negara atau wilayah.
Hal tersebut disampaikan oleh KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali saat membuka Seminar Akhir Perwira Siswa (Pasis) Pendidikan Reguler (Dikreg) Seskoal angkatan ke-61 TA. 2023 bertempat di Auditorium Gedung Yos Soedarso, Markas Komando (Mako) Seskoal, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Senin (23/10).
“Dihadapkan dengan hal tersebut, maka pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi menjadi suatu keharusan dan upaya strategis dalam membentengi negara dari ancaman hibrida yang berkembang semakin kompleks di era modern,” tegas Kasal.
Dalam seminar akhir Perwira Siswa ini mengangkat tema “Pemanfaatan Teknologi Informasi Guna Menghadapi Ancaman Hibrida Dalam Rangka Mewujudkan Kepentingan Nasional di Laut”.
Kegiatan ini dikuti oleh 117 Pasis Dikreg Seskoal Angkatan ke-61 yang terdiri 100 Pasis TNI AL, 2 Pasis TNI AD 2, 2 Pasis TNI AU 2, 4 Pasis Polri dan 9 Pasis Negara Sahabat yang berasal dari Amerika, Australia, Arab Saudi, Singapura, Malaysia, India, Srilanka, Pakistan dan Filipina.
Sejumlah pejabat penting juga dihadirkan dalam seminar ini sebagai pembicara antara lain Deputi Bidang Operasi Keamanan Siber dan Sandi Mayor Jenderal TNI Dominggus Pakel yang mewakili Kepala BSSN, Asintel Kasal Mayjen TNI Mar Suaf Yanu Hardani, Kakordos Seskoal Laksamana Pertama TNI Judijanto, Pengamat Militer dan Akademisi Dr. Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati, dan Akademisi Bidang Teknologi Informasi Ir. Onno W. Purbo.
Lebih lanjut menurut Kasal, dalam memitigasi ancaman hibrida, diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk memitigasi hal tersebut, sejumlah poin pentingpun digarisbawahi dalam penanggulangannya.
“Pertama, pengembangan dan peningkatan penggunaan teknologi komunikasi informasi di bidang keamanan dan pengawasan, kedua keamanan siber, ketiga kerjasama intelijen, keempat pengembangan kebijakan dan strategi yang adaptif, dan kelima interoperability dan sinergi dengan pemangku kebijakan serta aparat keamanan sipil,” tegas Laksamana TNI Muhammad Ali dalam kesempatan itu.