Asuransi
Empat Tahun Kementerian BUMN di Bawah Erick Thohir, Transformasi Lokomotif Pembangunan
Published
1 year agoon
Monitorday.com – Genap empat tahun, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memimpin kapal besar BUMN. Dilantik pada 23 Oktober 2019, dua instruksi Presiden Jokowi yang disampaikan kepada Erick.
Pertama, jadikan BUMN-BUMN Indonesia menjadi perusahaan kelas dunia. BUMN Indonesia harus masuk ke pasar-pasar utama dunia, tidak boleh hanya menjadi pemain domestik. Kedua, selain mencari keuntungan, tugas lain dari BUMN adalah menjalankan fungsi sosial, harus benar-benar dirasakan oleh masyarkat Indonesia, khususnya lapisan bawah.
Berbicara kepada wartawan, kalimat yang dikemukakan Erick untuk merespon permintaan Presiden Jokowi adalah, “Aset utama BUMN adalah sumber daya manusia.” Ini sangat bisa diinterpretasikan sebagai isyarat, di tangan Erick, BUMN akan menerapkan merit system.
Yang berarti penempatan SDM pada jabatan tertentu berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar. Setiap pejabat BUMN menduduki posisinya karena kompetensinya, bukan ditentukan oleh hal lain.
Di lain pihak, perusahaan BUMN perlu terus membangun core values, perlu disadari masing-masing BUMN memiliki peran penting sebagai agen pembangunan. Namun, fungsi lainnya sebagai pelayan publik mesti disesuaikan.
Untuk itulah Erick, memisahkan peran BUMN sebagai korporasi dan badan yang berperan melayani publik. Jadi aspeknya tidak semata hanya terpampang di laporan keuangan. Key performance indeks di masing-masing BUMN berbeda.
Perubahan yang disasar Erick saat menata kembali Kementerian BUMN adalah mengubah pilar dengan membawa slogan AKHLAK, akronim dari amanah, kompeten, harmonis, loyal adaptif, dan kolaboratif. Nilai inti dari slogan ini berorientasi pada pelayanan.
Dalam menjalankan tugas negara, Erick tidak mau dipengaruhi oleh kepentingan lain, termasuk kepentingan bisnisnya sendiri. Karenanya, setelah Presiden Jokowi melantiknya sebagai Menteri BUMN, ia melepaskan semua jabatan di semua perusahaannya.
Yang tak kalah penting dilakukan Erick adalah menciptakan Konsolidasi BUMN dengan membentuk Holding. “Kalau mau menang dalam berkompetisi harus punya expertise, untuk itulah kita bangun konsolidasi berdasarkan klaster,” papar Erick.
Sejak didapuk menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir dinilai sudah membawa dampak perubahan yang signifikan. Hal yang paling mencolok adalah perampingan BUMN menjadi Holding, dan peleburan perusahaan BUMN yang punya lini bisnis yang sama ke dalam satu perusahaan atau klaster.
Belum akan berhenti, Erick berencana akan merampingkan perusahaan pelat merah menjadi 30 saja BUMN dengan 12 klaster. Sampai Oktober 2023, masih ada 41 BUMN yang terdiri dari 12 klaster.
Kementerian BUMN di bawah kendali Erick telah melakukan perampingan dan perbaikan portofolio jumlah BUMN melalui restrukturisasi korporasi (holding, merger, akuisisi, dll). Perkembangan fokus untuk restrukturisasi dilakukan mulai tahun 2020 yang dalam 5 tahun ke depan akan membuat jumlah BUMN menjadi lebih efisien.
Tercatat Holding yang sudah dibentuk Erick antara lain; Holding BUMN Pariwisata menggabungkan PT Angkasa Pura I (persero), PT Angkasa Pura II (persero), PT Hotel Indonesia Natour (persero), PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (persero), bersama PT Sarinah (persero). Induk holding BUMN Pariwisata dikendalikan oleh PT Aviasi Pariwisata Indonesia.
Akhir tahun 2021, Erick juga menggabungkan PT Pegadaian (persero), PT Permodalan Nasional Madani (persero) dan PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Merger saham serie B ke BRI ini kemudian menjadi Holding Ultra Mikro.
Holding BUMN perhotelan juga jadi perhatian utama Erick Thohir, berdasarkan pandangannya yang mempertanyakan beberapa BUMN yang menjalankan bisnis hotel padahal bukan inti bisnisnya. Erick lalu membentuk Holding BUMN Perhotelan, tercatat sebanyak 22 hotel digabungkan menginduk pada PT Wika Realty.
Awal tahun 2022, Untuk memperkuat ketahanan pangan sekaligus supply chain, Kementerian BUMN kemudian membentuk Holding BUMN Pangan. Holding ini terjadi setelah lima perusahaan yang terdiri dari PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), PT Syang Hyang Seri, PT Perikanan Indonesia, PT Berdikari, dan PT Garam. Sementara yang menjadi induk adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Hingga di akhir tahun 2022, menggabungkan PT Semen Baturaja Tbk., ke dalam eskosistem industri semen nasional di bawah PT Semen Indonesia Group.
Deretan restrukturisasi ini akan terus berjalan setelah proses holding beberapa BUMN berjalan smooth, sebelumnya sudah dibentuk Holding BUMN Pelabuhan, Farmasi dan Holding Asuransi di bawah Indonesia Financial Group yang terdiri dari 10 perusahaan asuransi besar termasuk PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo).
Kerja Erick Thohir di BUMN kini dibantu dua profesional lain, Kartika Wirjoatmodjo yang sebelumnya menjabat Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero), dan kompradornya, Rosan Roeslani. Meski belakangan, Rosan memilih mundur untuk menjadi Ketua Tim Pemenangan Nasional Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Reputasi Erick Thohir sebagai seorang profesional adalah modal penting untuk mengemban amanah besar memimpin Kementerian BUMN, Erick Thohir seorang profesional, dan yang terpenting dari itu dia sudah selesai dengan dirinya sendiri.
Dikutip dari laman Kementerian BUMN, transformasi yang dilakukan pada berbagai lini baik di Kementerian BUMN maupun pada Perusahaan BUMN telah menunjukkan hasil menggembirakan. Dalam empat tahun terakhir ini Laba Bersih BUMN terus tumbuh.
Terkini, pada Semester-I 2023, laba bersih BUMN telah mencapai Rp 183,9 triliun, naik 12,9% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sebelumnya, kinerja laba bersih BUMN pun terus tumbuh. Pada tahun 2022, laba mencapai Rp 309 triliun atau naik 147,8% dari 2021. Capaian tersebut merupakan capaian tertinggi di sepanjang tahun 2019 hingga tahun 2022.
Pada tahun 2019, laba bersih BUMN sebesar Rp 124,99 triliun, sedangkan di tahun 2020 menurun akibat Pandemi menjadi sebesar Rp 13,29 triliun. Tahun 2021, BUMN kembali bangkit seiring dengan mulai bangkitnya perekonomian Indonesia sehingga mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 124,71 triliun.
Laba bersih tersebut bersumber dari peningkatan Pendapatan Usaha BUMN paruh pertama tahun 2023 (1H-23) sebesar Rp 1.389 triliun atau naik 2,2% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Pendapatan BUMN ini memang terus tumbuh. Sebelumnya, sepanjang tahun 2021 mencapai Rp 2.292 triliun, lalu tumbuh menjadi Rp 2.916 triliun pada tahun 2022, atau naik 27,2% yoy.
Kontribusi BUMN terhadap perekonomian pun menunjukkan peningkatan. Dimana Belanja Modal (capex) BUMN pada paruh pertama 2023 mencapai Rp 118,6 triliun atau naik sebesar 47,3% jika dibandingkan dengan Semester-I 2022 yang mencapai Rp 80,55 triliun.
Peningkatan capex BUMN tersebut tidak lepas dari kebijakan BUMN dalam memprioritaskan program-program strategis. BUMN juga fokus pada berbagai program restrukturisasi agar perusahaan negara ini dapat menjalankan usahanya dengan efektif dan efisien.
“Seiring dengan pemulihan ekonomi, kinerja BUMN juga terus meningkat secara signifikan,” kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (24 Oktober 2023).
Berbagai aktivitas bisnis yang positif itu mengantarkan perolehan ekuitas seluruh BUMN ke angka Rp 3.101 triliun pada tahun 2022 atau tumbuh 11,6% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2.778 triliun.
“Mayoritas BUMN juga sudah jauh meninggalkan zona dominasi utang dalam pengelolaan keuangannya, atau sehat. BUMN telah menurunkan tingkat utang dibanding investasi tertanam dari 36,2% pada tahun 2021, menjadi 34,9% pada tahun 2022,” ungkap Erick.
Raihan tersebut, ujar Erick, membuat BUMN tangguh dengan aset yang tumbuh dari Rp 8.978 triliun pada tahun 2021 menjadi Rp 9.789 triliun pada tahun 2022. “Sekarang, BUMN semakin sehat, tangguh, dan kompetitif. Di semester pertama tahun 2023 ini, aset kita Rp 9.842 triliun naik 3,9% year on year, dan laba bersih Rp 184 triliun, naik 13% year on year,” kata Erick.
Atas dasar itu semua, Erick optimis, BUMN mampu menyetorkan dividen Rp 80,6 triliun. “Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya (2022) sebesar Rp 80,2 triliun. Dan menjadi yang terbesar dalam sepanjang sejarah Kementerian BUMN,” ujar Erick