Ruang Sujud
Kisah Orang Alim dan Ahli Maksiat
Published
1 year agoon
By
Robby KarmanKisah tentang dua orang lelaki dari zaman Bani Israil yang berbeda dalam perilaku mereka menggambarkan sebuah pelajaran mendalam tentang rahmat dan kebijaksanaan Allah. Kisah ini mengajarkan kita untuk tidak bersikap sombong dan merasa memiliki hak untuk menghakimi seseorang apakah dia akan masuk surga atau neraka. Hanya Allah, Sang Pencipta, yang memiliki otoritas tertinggi dalam menentukan nasib akhir setiap manusia.
Dalam kisah tersebut, kita disajikan dua tokoh yang mewakili dua ekstrim dalam perilaku manusia. Pertama, ada seorang lelaki yang dikenal sebagai seorang pendosa yang sering melakukan perbuatan dosa. Kedua, ada seorang yang rajin beribadah dan selalu berusaha menjalani kehidupan yang saleh. Kedua karakter ini mencerminkan realitas yang ada di masyarakat. Ada orang-orang yang mungkin terjatuh dalam dosa-dosa mereka, sementara yang lain berusaha keras untuk hidup sesuai dengan ajaran agama.
Lelaki yang ahli ibadah, meskipun memiliki niat baik, terkadang justru salah dalam cara dia menanggapi perilaku temannya yang berdosa. Alih-alih memberi nasihat dengan lembut dan kasih, dia dengan keras mengkritik temannya dan bahkan mengancamnya dengan kata-kata keras tentang dosa-dosa yang dilakukannya. Hal ini mencerminkan sikap yang kurang bijaksana dalam berkomunikasi dan kurangnya pengertian tentang bagaimana membantu seseorang yang berdosa untuk memperbaiki diri.
Sang pendosa, di sisi lain, memiliki sikap yang lebih rendah hati. Dia merespons teguran temannya dengan rendah hati, mengatakan bahwa hanya Allah yang dapat menghakimi dan memberi ampunan. Ini adalah sikap yang bijak dan seharusnya menjadi contoh bagi kita semua. Dia menyadari bahwa hanya Allah yang memiliki hak akhir dalam menentukan takdirnya, dan tidak ada manusia yang memiliki wewenang untuk menghakimi orang lain.
Ketika keduanya meninggal dan dihadapkan di hadapan Allah, Allah mengajukan pertanyaan kepada lelaki yang rajin beribadah. Allah menyoroti bahwa hanya Dia yang memiliki pengetahuan mutlak dan kekuasaan penuh dalam menentukan takdir setiap makhluk-Nya. Allah menegaskan bahwa manusia tidak dapat mengubah rencana-Nya atau mengklaim pengetahuan yang lebih tinggi daripada-Nya.
Sementara itu, Allah dengan murah hati memberi rahmat kepada lelaki yang sering berdosa dan mengampuninya, mengizinkannya memasuki surga. Ini adalah ilustrasi nyata tentang rahmat dan kebijaksanaan Allah yang tak terbatas. Allah adalah Tuhan yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan Dia memiliki otoritas mutlak dalam memutuskan nasib akhir setiap individu.
Dari kisah ini, kita harus mengambil pelajaran untuk tidak bersikap sombong dan merasa memiliki otoritas untuk menghakimi orang lain. Kita harus memahami bahwa hanya Allah yang memiliki otoritas tertinggi dalam menentukan nasib akhir kita, dan kita harus selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan meraih ridho-Nya. Kita juga harus belajar untuk memberikan nasihat dan bimbingan kepada orang yang berdosa dengan kasih sayang dan pemahaman, bukan dengan sikap keras dan menghakimi. Allah adalah Tuhan yang Maha Pengampun, dan kita semua harus berusaha untuk meraih rahmat-Nya dengan rendah hati dan keikhlasan.