Ruang Sujud
Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di Darul Arqam
Published
1 year agoon
By
Robby KarmanTekanan yang terus-menerus dilancarkan oleh orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah Shallahu ‘alahi wasallam merupakan tantangan yang tidak dapat diabaikan. Mulai dari caci maki hingga adu fisik, mereka berusaha dengan segala cara untuk menghentikan penyebaran Islam. Dalam menghadapi tekanan ini, Rasulullah memutuskan untuk mengambil langkah-langkah bijaksana yang akan membantu melindungi umat Muslim dan kelangsungan dakwah.
Salah satu langkah pertama yang diambil oleh Rasulullah adalah melarang umat Muslim menampakkan keislamannya secara terbuka, baik melalui perkataan maupun perbuatan. Ini adalah tindakan yang cukup penting, mengingat tekanan yang begitu besar yang diterima oleh kaum Muslim saat itu. Dengan tidak menunjukkan identitas keislaman mereka, umat Muslim dapat menghindari penganiayaan yang lebih lanjut.
Selain itu, Rasulullah juga memilih untuk hanya bertemu dengan umat Muslim secara sembunyi-sembunyi. Hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan mereka dan mencegah orang-orang Quraisy yang berusaha mengganggu kegiatan dakwah dan pengajaran Al-Quran. Dalam kondisi seperti ini, tindakan hati-hati sangat diperlukan untuk melindungi umat Muslim dan pesan-pesan Islam.
Namun, tidak selalu mudah untuk benar-benar menjaga identitas keislaman dan pertemuan secara sembunyi-sembunyi. Terkadang, tindakan ini tercium oleh orang-orang Quraisy, dan ini menimbulkan risiko bagi umat Muslim. Oleh karena itu, langkah paling bijaksana adalah menyembunyikan keislaman mereka sebaik mungkin. Inilah yang harus mereka lakukan demi keamanan dan kelangsungan dakwah.
Meskipun begitu, Rasulullah tetap mempertahankan ketegasan dalam menyebarkan dakwahnya dan melaksanakan ibadah di tengah-tengah masyarakat musyrik. Keberanian ini menjadi sumber inspirasi bagi umat Muslim untuk tetap teguh dalam keyakinan mereka, bahkan dalam menghadapi tekanan yang begitu kuat. Rasulullah adalah contoh yang nyata bahwa dakwah dan penyebaran agama harus dilakukan dengan keberanian dan keteguhan, bahkan jika itu berarti menghadapi risiko.
Sementara umat Muslim secara umum harus menjalani kehidupan mereka secara sembunyi-sembunyi, mereka juga perlu melindungi dan memprioritaskan kepentingan Islam. Dalam upaya ini, mereka melakukan pertemuan secara sembunyi-sembunyi untuk membahas strategi dan perencanaan. Salah satu tempat yang menjadi pusat pertemuan adalah bukit Shafa. Di bukit Shafa, Al-Arqam bin Abil-Alqam Al-Makhzumi mendirikan tempat tinggal yang menjadi markas dakwah dan pusat pertemuan orang-orang Muslim sejak tahun kelima dari kenabian.
Bukit Shafa menjadi titik penting dalam sejarah awal Islam. Tempat ini menjadi simbol perjuangan dan keteguhan umat Muslim dalam menghadapi tekanan dan penganiayaan. Di sinilah mereka berkumpul untuk merencanakan langkah-langkah selanjutnya, berdiskusi tentang dakwah, dan menguatkan ikatan mereka dalam iman.
Dalam menghadapi tekanan dan penganiayaan, umat Muslim menunjukkan ketahanan dan semangat yang luar biasa. Mereka tidak hanya menjaga keislaman mereka secara sembunyi-sembunyi, tetapi juga aktif dalam menyebarkan pesan Islam dan menjaga persatuan mereka. Selama periode sulit ini, umat Muslim belajar untuk bekerja sama, mendukung satu sama lain, dan melindungi agama mereka.
Saat ini, kita dapat mengambil pelajaran dari masa-masa awal Islam ini. Keberanian, keteguhan, dan semangat dalam menjalani keyakinan dapat menjadi sumber inspirasi bagi kita semua. Meskipun kita mungkin tidak menghadapi tekanan sebesar yang dihadapi oleh umat Muslim awal, nilai-nilai seperti ketahanan dan semangat tetap relevan dalam menjalani keyakinan kita.