Islam tidak hanya membawa ajaran-ajaran rohaniah, tetapi juga memberikan tuntunan dalam kehidupan sosial dan politik umat. Salah satu momen penuh hikmah dalam sejarah Islam adalah penunjukan Usamah bin Zaid sebagai panglima perang oleh Rasulullah SAW. Kisah ini bukan hanya mencerminkan kebijaksanaan Rasulullah dalam memilih pemimpin, tetapi juga menggambarkan sikap inklusif dan keadilan yang menjadi landasan agama Islam.
Pada suatu hari, Rasulullah SAW menghadapi momen kritis setelah wafatnya anaknya yang tercinta, Ibrahim. Meskipun sedang dalam duka yang mendalam, Rasulullah tetap fokus pada tugas-tugas kenegaraan dan kepentingan umat. Dalam konteks ini, Rasulullah memutuskan untuk mengirim ekspedisi perang ke daerah Syam. Keputusan ini memperlihatkan ketegasan dan keberanian dalam menjalankan tanggung jawab meski dalam situasi sulit.
Yang membuat keputusan ini semakin menarik adalah penunjukan Usamah bin Zaid sebagai panglima perang. Usamah, meskipun masih muda, telah mendemonstrasikan keberanian dan keterampilannya di medan perang sejak usia muda. Namun, beberapa orang meragukan keputusan ini karena Usamah masih sangat muda dan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam memimpin pasukan.
Rasulullah SAW, dengan tegas, menanggapi keraguan tersebut. Beliau menegaskan bahwa Usamah adalah pemimpin yang pantas, tidak hanya karena keberanian dan keterampilan militernya, tetapi juga karena kualitas moral dan keteladanan yang dimilikinya. Rasulullah memandang kemampuan dan kualitas kepemimpinan lebih dari usia seseorang. Ini mengajarkan umat Islam untuk melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang lebih holistik, mencakup aspek moral dan etika.
Keputusan Rasulullah untuk menunjuk Usamah sebagai panglima perang juga mencerminkan inklusivitas Islam. Meskipun masyarakat pada waktu itu mungkin memiliki stereotip terhadap usia muda, Rasulullah menggugah kesadaran mereka dengan memberikan tanggung jawab besar kepada seorang pemuda. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk tidak menilai seseorang berdasarkan usia atau pengalaman semata, melainkan melihat pada kualitas dan integritas pribadi.
Selain itu, penunjukan Usamah sebagai panglima perang juga menjadi bukti bahwa dalam Islam, semua individu, tanpa memandang usia atau latar belakang, memiliki peluang untuk berkontribusi dan memimpin. Ini memberikan pesan kuat bahwa Islam menghargai kualitas kepemimpinan dan keteladanan moral, bukan sekadar status sosial atau usia seseorang.
Kisah penunjukan Usamah bin Zaid sebagai panglima perang oleh Rasulullah SAW menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk selalu melihat potensi dalam setiap individu, terlepas dari faktor-faktor eksternal. Keputusan tersebut juga memperkuat prinsip-prinsip keadilan, inklusivitas, dan keberanian dalam Islam. Sebagai umat Islam, kita dapat mengambil pelajaran berharga dari kisah ini untuk menjunjung tinggi nilai-nilai yang diperjuangkan Rasulullah dalam membangun masyarakat yang adil, berkeadilan, dan penuh kasih sayang.