Hak untuk menilai seseorang sering kali menjadi tumpuan perhatian dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam ajaran Islam, kita diberi pengajaran untuk tidak menghakimi masa lalu seseorang. Hal ini tercermin dalam Al-Quran dan Hadits, menunjukkan pentingnya memberikan ruang untuk pembaharuan dan pengampunan.
Al-Quran: Surah Al-Hujurat (Ayat 11)
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah satu kaum merendahkan kaum yang lain. Barangsiapa di antara kamu yang melakukan hal itu, maka sesungguhnya mereka lebih rendah daripada mereka yang merendahkan. Dan janganlah sebagian kamu menghina sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak merendahkan orang lain, termasuk menghakimi masa lalu mereka. Setiap individu telah melakukan kesalahan dalam hidupnya, namun kita tidak memiliki hak untuk menggunakannya sebagai alat untuk menilai atau merendahkan mereka.
Hadits: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu
Rasulullah ﷺ bersabda, “Jauhilah dari pada berburuk sangka, karena berburuk sangka itu adalah seburuk-buruk ucapan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menekankan pentingnya menjauhi prasangka buruk terhadap seseorang. Sang Nabi mengajarkan untuk tidak menghakimi seseorang dari masa lalunya, karena hal itu dapat membawa kepada keburukan dalam ucapan dan perilaku kita terhadap mereka.
Mengingatkan diri kita sendiri untuk tidak menghakimi orang lain berdasarkan masa lalu mereka adalah esensi dari ajaran Islam. Kita harus memberikan kesempatan pada setiap individu untuk berubah, bertobat, dan memperbaiki diri mereka sendiri.
Masa lalu seseorang mungkin menggambarkan kekurangan mereka, namun itu tidak sepenuhnya mencerminkan siapa mereka sekarang atau siapa yang mereka bisa menjadi di masa depan. Kita semua adalah makhluk Allah yang rentan melakukan kesalahan, namun dengan taubat dan perbaikan, setiap orang berhak untuk diberikan kesempatan kedua.
Ketika kita menghargai kebaikan dan memberikan kesempatan bagi perubahan kepada orang lain, kita juga memperluas cinta dan kebaikan yang telah diajarkan oleh agama kita. Kita tidak pernah tahu potensi kebaikan yang bisa kita peroleh dari seseorang yang pernah melakukan kesalahan di masa lalunya.
Jadi, mari kita berpegang teguh pada ajaran Al-Quran dan Hadits, dan menjauhi sikap menghakimi masa lalu seseorang. Jadilah individu yang memberikan peluang bagi perubahan dan memberikan kasih sayang sebagaimana yang diajarkan oleh Islam.