Setelah periode kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, masyarakat Muslim berada dalam tahap menentukan pemimpin baru. Dalam musyawarah yang digelar, enam kandidat khalifah diusulkan, namun secara bertahap jumlah ini menyusut hingga hanya menyisakan dua tokoh terkemuka: Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Pada masa itu, aspirasi masyarakat cenderung menuju Utsman bin Affan sebagai pilihan utama untuk menjadi khalifah ketiga. Pendekatan yang diterapkan oleh Utsman bin Affan dalam memimpin telah mendapat pengakuan dan kepercayaan yang kuat dari rakyat.
Sebagai hasilnya, Utsman bin Affan, seorang yang berusia 70 tahun saat itu, diangkat menjadi khalifah ketiga. Dia menjadi khalifah pertama yang terpilih setelah melalui seleksi dari beberapa kandidat yang berkualifikasi. Peristiwa penting ini terjadi pada bulan Muharram, pada tahun 24 H.
Kepemimpinan Utsman bin Affan terbukti memiliki keberhasilan yang signifikan dalam mengembangkan wilayah kekuasaan Islam. Di antara prestasinya yang paling mencolok adalah ekspansi wilayah yang meliputi penaklukan Syiria, Afrika Utara, serta daerah Arjan dan Persia.
Pertama-tama, Utsman bin Affan berhasil menaklukkan Syiria dan menunjuk Mu’awiyah sebagai gubernur di wilayah tersebut. Langkah ini membuktikan kebijaksanaan politiknya dalam menata administrasi di daerah-daerah yang baru dikuasai.
Tak hanya sampai di situ, keberhasilan Utsman bin Affan juga tercermin dalam penaklukan Afrika Utara, di mana dia menunjuk Amr bin Ash sebagai gubernur. Langkah ini membuktikan kejelian dalam memilih pemimpin lokal yang mampu mempertahankan dan mengembangkan wilayah tersebut di bawah kekuasaan Islam.
Selain itu, kepemimpinan Utsman bin Affan turut menaklukkan daerah Arjan dan Persia, menunjukkan kemampuannya dalam mengelola perluasan wilayah kekuasaan Islam dengan efektif.
Namun, dalam sejarahnya, kepemimpinan Utsman bin Affan juga diwarnai dengan kontroversi, terutama terkait kebijakannya dalam pemerintahan. Beberapa kebijakan yang diambilnya menuai kritik dan perbedaan pendapat di kalangan masyarakat Muslim, yang pada akhirnya juga menjadi faktor terjadinya peristiwa tragis, yakni terbunuhnya Utsman bin Affan.
Kesimpulannya, kepemimpinan Utsman bin Affan sebagai khalifah ketiga memiliki dampak yang signifikan dalam sejarah perluasan wilayah Islam. Meskipun dicatat sebagai masa pemerintahan yang sukses dalam ekspansi wilayah, namun juga meninggalkan polemik terkait kebijakan yang diterapkannya, yang berujung pada peristiwa yang mengguncang umat Islam.