Connect with us

Review

Abdul Haris, Menjawab Tantangan Perguruan Tinggi Wujudkan Indonesia Emas 2045

Ma'ruf Mutaqien

Published

on

SOROT matanya tajam, pandangannya jauh ke depan. Ia seperti meresapi sekaligus membayangkan tugas baru yang kini ada di pundaknya.

Saat Mendikbudristek, Nadim Makarim menyinggung soal tugasnya untuk mengakselerasi mutu pendidikan tinggi di negeri ini, ia terlihat mengangguk sembari berkata, siap!

Pun demikian ketika ia diminta untuk mendorong keberlanjutan Program Kampus Merdeka dan ketercapaian 8 Indikator Kinerja Utama, agar perguruan tinggi kita masuk dalam World Top University, ia juga kembali mengangguk tanda, siap.

“Saya harap Bapak Dirjen dapat memimpin penyelenggaraaan program prioritas ini dengan sebaik mungkin,” ujar Mas Nadiem.

Ya, namanya Abdul Haris, ia merupakan Guru Besar Geofisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Ia menggantikan Nizam yang sebelumnya menjabat sebagai Pelaksana Tugas [Plt.] Dirjen Diktiristek sebelumnya. Dilantik pada Jum’at [15/3/2024] di Auditorium Gedung A, Kompleks Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta.

Ia lahir di Pemalang 54 tahun silam [21 September 1970], di tengah kehidupan dengan kultur agraris yang begitu kuat. Bersama lima saudaranya ia dibentuk menjadi pribadi yang disiplin dan bekerja keras.

Sang ayah mengajarkan arti penting mengejar cita-cita, meski setinggi langit sekalipun. Itulah mengapa setelah menyelesaikan sekolah SMA-nya, Abdul Haris merantau ke Jakarta di tahun 1988. Melanjutkan studi strata satunya di jurusan Fisika FMIPA Universitas Indonesia.

Hidupnya penuh kesederhanaan, namun disertai dengan keyakinan bahwa pendidikan merupakan jalur penting untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan. Itulah mengapa, Abdul Haris tidak memilih bekerja setelah kuliah S1 nya kelar. Melainkan ia lanjutkan hingga strata dua.

“Merantaulah, niscaya akan kau dapatkan pengganti bagi orang yang kau tinggalkan. Berusahalah, karena nikmatnya hidup itu ada dalam usaha.” Petua bijak Imam Syafii ini nampaknya dijalankan Abdul Haris dengan baik. Selepas menyelesaikan sekolah masternya di FMIPA UI, ia lantas memutuskan untuk hijrah ke Kota Kiel, Jerman.

Dinamika dan pengalaman panjang yang ia dapat semasa kuliah di UI ternyata menjadi modal yang penting saat ia melanjutkan studi di Kota Kiel, Jerman.  Abdul Haris pun memperoleh gelar doktor rerum naturalium dengan predikat cum laude di Program Studi geofisika University of Kiel, Jerman.

Sebagai bentuk syukur dan terimakasih terhadap jasa almamater, Abdul Haris lantas memutuskan untuk mengabdi sebagai dosen di FMIPA UI. Semua ilmu dan pengalaman yang diperoleh di Jerman ia praktikkan dengan baik. Lamat-lamat, karirnya pun meningkat bukan sekadar dosen, melainkan juga sebagai Dekan FMIPA selama dua periode [2014-2018 dan 2018-2022].

Sebelum akhirnya menjadi Direktur Jenderal Diktiristek, Abdul Haris sempat ditunjuk sebagai Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi hingga tahun 2020. Lalu lanjut menjadi Wakil rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan di tahun selanjutnya.

Terpilihnya Abdul Haris sebagai Dirjen Dikti, Riset, dan Teknologi tentu bukan tanpa sebab. Sosoknya selama ini dikenal telah membawa banyak perubahan di dunia pendidikan tinggi. saat menjadi Dekan FMIPA UI misalnya, Haris berhasil menambah fasilitas kesejahteraan. Sebanyak dua gedung laboratorium riset multidisiplin Pertamina-FMIPA UI juga berhasil didirikan dan hibah sebesar 7 miliar dari Sinar mas Group berhasil didapatkan untuk utilisasi gedung. Ada pula kerjasama dengan beberapa perusahaan, sepeti Schlumberger. Di bidang riset, haris membuat FMIPA sebagai penghasil publikasi terbesar kedua di UI sehingga berdampak pada peningkatan guru besar hingga 117 persen.

Hal lain yang sukses dilakukan Haris adalah pengelolaan SDM agar memiliki jiwa corps satuan yang kuat dengan mengembangkan ekosistem ilmiah untuk memantik para dosen agar berkarya, kreatif dan inovatif berbasis pembangunan berkelanjutan. Menurut Haris, inovasi adalah converting knowledge into money. Artinya, kata dia, riset-riset yang kita lakukan harus memberikan hasil produk pengetahuan dan memberikan dampak yang bisa berupa penemuan keilmuan maupun solusi bagi permasalahan masyarakat dan bangsa.

Pada kesempatan pisah sambut Dirjen Diktiristek di Gedung D Kompleks Kemendikbudristek, Abdul Haris menyampaikan bahwa dirinya siap melanjutkan beragam capaian yang sudah ditorehkan Dirjen Diktiristek sebelumnya. Dia juga akan melakukan akselerasi untuk menjawab tantangan pendidikan tinggi guna mewujudkan SDM unggul menuju Indonesia Emas 2045.

Disinilah signifikansi dari apa yang disampaikan Abdul Haris soal valuasi knowledge. Karena Indonesia Emas 2045 merupakan visi besar, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan berdaya saing tinggi pada tahun 2045. Untuk sampai ke visi ini, perguruan tinggi memiliki peran penting dalam menyiapkan generasi muda yang berkualitas dan berdaya saing.

Sementara saat ini, selain soal kesenjangan kualitas dan akses pendidikan, problemnya adalah kurangnya relevansi penelitian dan inovasi dengan kondisi real masyarakat. Dimana penelitian yang dilakukan perguruan tinggi kurang menghasilkan inovasi yang dapat diaplikasikan di tengah masyarakat.

Sederhananya, insan pendidikan tinggi kita selama ini lebih banyak duduk di menara gading. Mereka belum bisa seperti menara air, yang dapat mengalirkan air kemana pun.

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *